Gerakan Kiri

Revolusi Indonesia

Jumat, 12 Desember 2014

NASIONALISME, ISLAM, DAN MARXISME

Sebagai Aria Bima-putera, yang lahirnya dalam zaman perjoangan, maka INDONESIA-MUDA inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia, lagi berada dalam perasaan tak senang dengan nasibnya.

Soekarno dan Marxisme

Kalau ada orang yang menyebut Soekarno itu seorang Marxis itu benar adanya. Hanyasaja identifikasi itu tidak mutlak, sebab pribadi Soekarno bisa ditafsirkan melebih itu. Untuk mengetahui siapa sebenarnya Soekarno itu, ada baiknya kalau membaca tulisan “Soekarno oleh Soekarno sendiri

Kamis, 11 Desember 2014

Komunis Bukan Atheis


Dulu waktu SD, kita diajarkan di sekolah bahwa komunis adalah atheis. Bahkan sampai sekarang, bahwa anak sekolahan bahkan yang sudah kuliah masih mendapatkan pelajaran menyesatkan khas Orde Baru itu.
Apalagi waktu kita nonton film G30S/PKI,

Pancasila Menurut Ajaran-ajaran Revolusioner Bung Karno

Memperingati Hari Lahir BK 6 Juni
Hari kelahiran Bung Karno (6 Juni 1901)  kali ini kita peringati dalam situasi yang jauh lebih baik dari pada selama ini sejak Suharto dan konco-konconya (kaum reaksioner di dalam dan luar negeri)  menggulingkannya dalam tahun 1966-1967.

Fenomena Jendral Wiranto

Komentar Roeslan, 16 Agustus 2006
Wiranto adalah pengikut setia dan selalu siap bersedia melindungi keselamatan dan kekayaan Jendral TNI AD Soeharto dari dulu sampai sekarang. Ini tercermin dalam ucapannya pada waktu Suharto menyatakan “lengser” keprabon pada tahun 1998.

Supersemar Adalah Pengkhianatan Terhadap Bung Karno dan Rakyat

Agaknya, bagi bangsa Indonesia adalah penting sekali untuk selalu ingat bahwa pada 11 Maret 1966 ( jadi 40 tahun yang lalu) telah terjadi pengkhianatan besar yang dilakukan oleh segolongan pimpinan TNI-AD yang dikepalai oleh Letnan Jenderal Suharto (waktu itu)

Guru Bangsa adalah Bung Karno dan Bukanlah Suharto atau Sejenisnya !!!

Pencantuman dalam iklan oleh PKS bahwa Suharto adalah guru bangsa menunjukkan bahwa partai yang di antara para tokoh -tokoh utamanya terdapat juga doktor Hidayat Nur Wahid MA (ketua MPR) telah melakukan “blunder” (bahasa Belanda, yang artinya kesalahan besar) yang tidak tanggung-tanggung. Kalau tidak merupakan “blunder”,

Bung Karno: “Sumbangan dan Pengorbanan PKI Besar Sekali!”

Berikut di bawah ini disajikan cuplikan dari sebagian pidato Presiden Sukarno di depan rapat umum Front Nasional di Istora Senayan Jakarta, tanggal 13 Februari 1966.. Pidatonya ini diucapkannya 4 bulan sesudah terjadinya G30S,

Nyoto, Wakil Ketua CC PKI dan Nasib Keluarganya

Ulasan buku Saleh Abdullah cs, Usaha Untuk Tetap Mengenang, Kisah-Kisah Anak-Anak Korban 65, Jendela Budaya & Yappika & Hidup Baru, 2003, dengan pengantar MM Billah (Anggota Komnas HAM). Tebal: xlix + 132, harga Rp19.000,-

Sejarah Tahun 1965 Yang Tersembunyi

Berikut di bawah ini adalah makalah Prof. Wertheim yang diterbitkan sebagai suplemen pada majalah ARAH (Holland) , No. 1 tahun 1990. Makalah Prof. Wertheim ini pernah disampaikan dalam sebuah ceramah pada tanggal 23 September 1990 di Amsterdam.

Haji Misbach Sang Haji Merah


14005818881999413954

Sosialisme / Komunisme merupakan ideologi yang tidak bisa dipisahkan dari berdirinya Negara Republik Indonesia. Hampir semua para pendiri bangsa ini mengadopsi pemikiran Karl Marx & Engels serta Lenin dengan kadar yang berbeda-beda.

SUPERSEMAR DAN PENGKHIANATAN SUHARTO DAN TNI AD



Catatan A. Umar Said
Dalam kesempatan untuk mengenang kembali Supersemar, yang selama 32 tahun Orde Baru telah dipamerkan oleh pendukung-pendukung rejim militer Orde Baru sebagai peristiwa besejarah untuk “menyelamatkan negara dan bangsa Indonesia”,

Nyoto (1957)

Revolusi Oktober Rusia dan Revolusi Agustus Indonesia


Dimuat dalam Bintang Merah, Majalah Teori dan Politik Marxisme Leninisme, tahun 1957, hal. 393-412

Depagitprop CC P K I (1958): Apa Partai Komunis Itu?

Dimuat ke HTML oleh anonim di Homepage Mengerti PKI. Diedit supaya sesuai dengan ejaan yang baru oleh Arief Chandra (April 2007)
Ini adalah diktat untuk KPS dan KPSS tentang "Pembangunan Partai" disusun oleh Depagitprop (Departemen Agitasi dan Propaganda) CC PKI, 1958.

Rabu, 10 Desember 2014

AMIR SJARIFOEDDIN [HARAHAP]: SEORANG KRISTEN NASIONALIS

AMIR SJARIFOEDDIN [HARAHAP]: SEORANG KRISTEN NASIONALIS[1]
dihantar oleh: Pdt. Dr. Jan S. Aritonang[2]
Pengantar
1. Membicarakan seorang tokoh yang diberi stigma atau cap Komunis, ideologi yang [sempat] terlarang di negeri ini, bukanlah pekerjaan yang sederhana dan tanpa risiko.

Biografi Singkat Sukarni (Pejuang Kemerdekaan)



Sukarni Kartodiwirjo memang tidak memegang peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan, namun peranannya sangat menentukan. Indonesia mungkin tak akan memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, jika

Amir Syarifuddin: Pejuang Pembebasan



Oleh : Hotman Jonathan Lumbangaol
Revolusi telah memakan anaknya sendiri. Amir Syarifuddin Harahap (1907-1948), mantan Perdana Menteri ke-2 Indonesia ini menjadi korban revolusi yang dia lahirkan sendiri. Meninggal tragis pada 19 Desember 1948, saat dieksekusi oleh regu tembak bersama sembilan orang tokoh tanpa nama.

Jalan Pikiran Sutan Syahrir

Tags: Pikiran Perjuangan, BungSjahrir
Sutan Sjahrir Perdana Menteri Pertama Indonesia, telah menorehkan tintas emas perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

PERJUANGAN KITA Oleh : Sutan Sjahrir

Pendahuluan
Keadaan setelah dua bulan berdirinya Republik Indonesia dapat kita gambarkan sebagai berikut. Harapan dan keinginan untuk turut serta akan dapat mempertahankan kemerdekaan kita, umum ada pada segala lapisan bangsa kita.

Sutan Sjahrir (1909–1966)



Sutan Sjahrir adalah salah satu penggagassumpah pemuda, perencana proklamasi kemerdekaan RI, dan arsitek perubahan Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer. Sutan Sjahrir dilahirkan oleh pasangan Moehammad Rasad dan Siti Rabiah

Mohammad Natsir

Mohammad Natsir


Politisi dan da’i sejati. Itulah sebutan yang nampaknya tidak berlebihan jika disematkan pada sosok laki-laki pejuang Islam: Mohammad Natsir. Ia lahir di kampung Jembatan Berukir,

Thesis Tan Malaka (10 Juni 1946)


Sumber: Penerbit Murba, Jakarta
Kontributor: Diketik oleh Abdul. Diedit oleh Ted Sprague (Juli 2011)

PROKLAMASI 17-8-1945 ISI DAN PELAKSANAANNYA Tan Malaka (1948)


Kontributor: Diketik oleh Abdul, ejaan diedit oleh Ted Sprague (Maret 2008)

Kepada Panitia Kongres Rakyat Indonesia Bulan December 1948
Salinan: TEMPAT, 16 December 1948

Dari Ir.Soekarno sampai ke Presiden Soekarno Tan Malaka (1948)

Sumber: Yayasan Cahaya Kita, Jakarta 1966
Tulisan ini adalah bagian dari otobiografi Tan Malaka "Dari Penjara ke Penjara" yang diterbitkan terpisah sebagai buku saku.

[Buku] (Berpisah Kita Berjuang, Bersama Kita Memukul) Tan Malaka (6 Mei 1948)


Sumber : Teks asli tulisan Tan Malaka tahun 1948
Disalin oleh Jesus S. Anam ke ejaan baru. Diedit dan dimuat ke HTML oleh Ted Sprague (Agustus 2011)

Soal sikap yang penting dan tegas yang dihadapi oleh Rakyat Indonesia yang sekarang sedang memperjuangkan kemerdekaannya ialah:
1) Menerima bantuan (lahir-batin) dari blok Amerika
2) Menerima bantuan (lahir-batin) dari blok Sosialis
3) Mengadakan Blok Asia-Afrika
4) Berdiri atas self-help (kekuatan sendiri/diri sendiri) serta menerima bantuan batin (politik dan budi) dari dunia Luar
Soal itu memangnya soal lama. Semenjak Rakyat Indonesia insaf akan hak kemerdekaannya sebagai bangsa dan menyusun segala kekuatannya untuk mencapai kemerdekaannya itu semenjak itulah pula dia memikirkan semua kemungkinan di atas, baik secara sistematis (teratur) atau kurang teratur.
Tetapi kini berhubung dengan keadaan di dalam daerah Indonesia menghadapi keadaan luar Indonesia, maka satu persatu di antara empat soal di atas amat penting buat jaya atau gagalnya pembelaan Kemerdekaan 100% itu!
Dahulu sebelum Proklamasi 17 Agustus, di masa bergerak di dalam haribaan “Hindia Belanda” di sekitar Dunia “Damai atau berperang” pernah sebagian Rakyat Indonesia memihak atau berpartisipasi kepada Internasional ini atau itu (Komunis atau Sosialis) dan kepada negara ini atau itu. Tetapi di masa itu Rakyat Indonesia belum bertanggungjawab sebagai satu negara merdeka terhadap negara merdeka lainnya. Resiko (bahaya) bersimpati atau antipati kepada Internasional ini atau itu, negara ini atau itu belum berapa langsung, sebab tanggungjawab Negara atas simpati atau antipati itu ditanggungjawabkan oleh negara Belanda. Tetapi sekarang bilamana buruk-baik, untung-malang Republik adalah sebagian besar tergantung/bergantung kepada sikap-tindakan memihak Internasional ini dan itu, negara ini atau itu, dapat benar menguntungkan atau merugikan pembelaan kemerdekaan Indonesia. Tiap langkah yang diambil menuju kepada Internasional atau sesuatu Negara adalah penuh mengandung akibat, buruk atau baik. Karena itulah empat soal di atas harus dipertimbangkan dengan teliti dan sempurna, supaya kita jangan salah-pilih dan terjerumus ke dalam bahaya. Marilah kita bersama-sama menambah kekurangan dan mengurangi yang berlebihan.
Suasana Dunia
Sebelum mempertimbangkan pro dan kontra soal-soal di atas, rasanya perlu dimajukan di sini beberapa hal yang penting sekali, ialah yang berhubungan dengan suasana dunia pada dewasa ini.
Sebermula maka pertentangan Blok Sosialis dengan Blok Kapitalis bukanlah lagi pertentangan sistem saja, tetapi sudah memuncak kepada pertentangan ekonomi/perekonomian, diplomasi, bahkan kemiliteran Plan Marshall, yang bermaksud mengikat dunia kapitalis kepada Bank Amerika sedang dijalankan di Eropa Barat, Asia Timur, dan Amerika Tengah-Selatan. Ikatan perekonomian secara kapitalis-imperialistis ini sudah mengikat 16 negara di Eropa Barat dan mengadakan perjanjian perekonomian dan kemiliteran di antara 5 negara di Eropa Barat (Inggris, Perancis, Belgia, Nederland dan Luxemburg) dan dengan Amerika Serikat sebagai tulang punggungnya.
Blok Eropa Barat-Amerika sedang menyusun markas, latihan dan persenjataan kemiliteran menghadapi Blok Rusia. Adapun Blok Rusia atau Soviet pula sedang menyusun kekuatan dalam perekonomian dan kemiliteran.
Di luar kedua Blok yang bertentangan itu beradalah daerah yang luas sekali di Asia, Afrika, Australia dan Amerika, yang negaranya belum lagi langsung dimasukkan ke dalam kedua blok itu. Kedua blok itu masih berusaha keras untuk mendapatkan pimpinan atau pengaruh dengan melalui jalan ekonomi, keuangan, perdagangan, diplomasi, dan kemiliteran. Di Yunani dan Tiongkok perebutan pimpinan dan pengaruh itu terlaksana pada perang saudara mati-matian. Mungkin pula besok atau lusa perang saudara seperti di Yunani dan Tiongkok itu akan pecah di Palestina, Korea, Italia. Sedangkan di India, Burma, Siam, Vietnam, Indonesia, Australia dan Amerika Tengah dan Selatan, perjuangan merebut pengaruh dan pimpinan itu masih terpendam saja.
Barulah diketahui, bahwa perebutan pimpinan dan pengaruh itu bukanlah teoritis atau platois belaka, melainkan memperkuat diri dan memperlemah musuh, bagi masing-masing blok itu.
Maka berhubung dengan terakhir inilah, maka di dalam dunia yang mengandung pertentangan di antara dua pihak dengan senjata di tangan itu, buat Indonesia sebagai suatu negara merdeka, memilih sesuatu blok, berarti memusuhi kepada yang lain. Tegasnya memilih Blok Rusia berarti langsung atau tidak langsung memusuhi Blok Amerika. Sebaliknya memilih Blok Amerika berarti memusuhi Blok Rusia. Seterusnya pula besok atau lusa pertentangan Blok Amerika dengan Blok Rusia itu sekonyong-konyong bertukar menjadi perang dunia, maka nolens volens, mau tak mau kita sudah tergolong/terlondong hanyut ke dalam kancah peperangan. Kita yang tiada mempunyai alat buat penyelenggaraan perang dunia, sendirinya pula akan terpaksa menerima perlindungan dari salah satu pihak. Kalau sebaliknya kita berada di pihak Blok Amerika, maka kita akan dipaksa pula menerima armada, tentara dan Angkatan Udara Blok Amerika, maka kita dipaksa “perlindungan” Indonesia, entah berapa lamanya pula.
Ringkasnya, memilih salah satu pihak yang mungkin akan berperang dengan pihak yang lain berarti menggantungkan nasib kita sama sekali kepada hasilnya perang dunia yang akan datang. Akan terombang-ambinglah kita kepada semua kemungkinan hasilnya perang itu. Jikalau Rusia lambat menangnya, maka kita akan cepat atau lambat pula ikut melaksanakan sistem sosialisme-komunisme. Jika Blok Amerika cepat atau lambat menang, maka Indonesia akan ikut memasuki dunia kapitalisme. Pasti sebagai jajahan atau setengah jajahan. Jikalau blok sosialis dan blok kapitalis tak kalah menang, artinya podo, maka kitapun akan ikut terombang-ambing. Akhirnya kalau Blok Soviet dan Blok Amerika keduanya hancur lebur; maka Indonesiapun akan ikut hancur luluh oleh perang bakterilogis, biologis, klimaktologis dan atenologis.     
Kemungkinan kalah menang itu mengandung bermacam-macam syarat dan ansir! Tiadalah dapat diselenggarakan dalam satu dua kalimat saja, dan tiadalah pula termasuk ke dalam hasrat karangan ini.
Yang perlu disebut lagi dalam karangan ini, ialah bahwa tertulis di atas, tiada bermaksud bahwa Indonesia, yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya itu, bisa sama sekali melepaskan dirinya dari dunia luar.
Jauh daripada itu! Maksud cuma menjelaskan, bahwa selama mungkin Indonesia harus menghindarkan beban yang tiada sanggup dipikulkan kepadanya lantaran memilih salah satu/sesuatu pihak sebaliknya berusaha mendapatkan sesuatu yang menguntungkan dan memperkuat pembelaan kemerdekaan 100%. Kalau akhirnya Indonesia terpaksa juga memilih sesuatu pihak dan harus menanggung konsekuensi berpihak ke sini dan ke situ, maka cara berpihak kepada siapa itu haruslah dipertimbangkan benar-benar.
Bagaimanapun juga waktunya berpihak itu haruslah di masa Indonesia berada di pihak dalam keadaan sekuat-kuat mungkin selama politik, ekonomi dan militer. Ketahuilah bahwa yang lemah selamanya akan menjadi sasaran yang kuat, ibarat ketimun yang berdampingan dengan durian.
Dalam suasana seperti tersebut di ataslah kita sekarang menghampiri dan menyelidiki soal pertama, yakni:
1) Menerima bantuan (lahir-batin) dari Blok Amerika.
Dalam prakteknya ini kelak akan berarti membangun kembali perekonomian Indonesia menurut Plan Marshall dengan perantaraan kapitalis imperialis Belanda yang tergabung dalam Benelux, perjanjian lima negara dan Blok Eropa Barat yang berujung dan berpangkal di Bank Amerika!
Blok amerika yang pada masa ini cuma memikirkan strategi dan ekonomi perang, hanya akan membolehkan Indonesia membangun ekonomi perang dan bahan makanan untuk persediaan perang itulah yang akan diutamakan! Industri induk, industri mesin untuk membikin mesinnya pabrik, tambang, kapal, kereta api dan pesawat tiada akan dibenarkan samasekali. Sebab, adanya industri berat semacam itu akan menghancurkan monopoli Eropa/Amerika atas Asia-Afrika dan mempertinggi teknik, pengetahuan dan kebudayaan Asia-Afrika umumnya. Lagi pula Blok Amerika dan Belanda ahli warung sebagai opasnya di Indonesia cuma mementingkan perusahaan, yang lekas dapat dibangunkan dan lekas memberikan keuntungan. Ringkasnya: akan kembalilah pula kebon karet, kina, kopi, teh, dan lain-lain; tambang minyak, arang, timah, bauxiet, nikel, emas, dan lain-lain; pabrik kertas, tinta, pensil, dan lain-lain.
Berhubung dengan itu akan kembalilah pula pengangkutan darat, laut dan udara ke bawah milik kekuasaan atau pengawasan Belanda sebagai opasnya kapitalis-imperialis Amerika. Akhirnya akan tetaplah Indonesia yang kaya raya ini menjadi “negara sapi perahan”, yang pertahanannya tetap tergantung kepada negara asing, karena Indonesia tiada mempunyai industri berat.
Dengan demikian, maka akan kembalilah Indonesia kepada keadaan di masa “Hindia Belanda” mungkin dengan sedikit perubahan dalam politik. Akan percumalah semua usaha proklamasi 17 Agustus dan akan sia-sia segala korban harta benda, tenaga, darah dan jiwa rakyat serta pemuda yang tiada ditaksir dengan ukuran uang itu.
2) Menerima bantuan (lahir-batin) dari Blok Sosialis
Penerimaan bantuan lahir dari Blok Rusia itu tiadalah sedemikian mudah seperti menerima bantuan batin dari orang Mekah buat orang Islam. Penerimaan itu tergantung kepada si pembantu sendiri. Soviet Rusia sendiri pun tergantung kepada kekuatan dan keadaan diri sendiri. Kita masih ingat akan pembubaran Komintern pada tahun 1943, ialah karena kepentingan peperangan buat negara Soviet Rusia yang pada masa itu bersekutu dengan Amerika, Inggris dan Perancis, akan melawan Jerman, terpaksa memperhentikan propaganda Komintern, yakni, suatu organisasi internasional yang berdasarkan pembatalan atas pemerintahnya negara-negara Benelux itu, karena berdasarkan kapitalisme-imperialisme. Dalam hal ini/serupa itu suatu jajahan dari negara sekutu itu tiada pula dapat mengharapkan pertolongan lahir (seperti) senjata dari Soviet Rusia yang pula masih berada dalam kekurangan itu. Pun sesuatu negara yang akan menerima bantuan lahir dari Blok Rusia itu (seandainya Blok Rusia menyanggupi) harus pula diperhatikan jarak, tempat dan tempo.
Buat negara yang berdekatan dengan tapal batas Blok Rusia, seperti Italia, Jermania, Tiongkok dan Korea, maka kesanggupan Rusia tak akan dirintangi oleh musuh dan sangat berjauhan dengan Blok Soviet, maka bantuan lahir-batin sebagai bantuan, dan negara anggota sekutu perang negara anggota lainnya menurut (hukum perang) tiadalah seimbang dengan kerugian yang terkandung, sudahlah pasti bantuan yang akan diperoleh kaki-tangan Blok Amerika di sekitar Indonesia (Inggris, Perancis dan Belanda) dan dalam Republik Indonesia sendiri dari Amerika akan lebih banyak dan lebih cepat datangnya daripada bantuan yang sanggup diberikan oleh Blok Rusia.
Perjuangan kaum revolusioner di Indonesia akan bertambah sulit dan bertambah berat daripada yang sudah-sudah. Blok Amerika akan bersatu menimpa Republik Indonesia, andaikan Republik Indonesia menjadi sekutunya Blok Rusia itu, ialah pada tingkat perjuangan kita sekarang.
3) Mengadakan Blok Asia-Afrika
Hasrat ini sudah lama terkandung dalam hati sanubari para pemimpin Asia/Afrika yang terutama-ternama sudah mengucapkannya. Malah Jepang sudah mencoba melaksanakannya! Oleh salah seorang diplomat di Indonesia ini hasratnya semacam itu disebut “Third Power Policy (Politik Tengah). Jadi maksudnya tidak memihak kepada Blok Rusia dan tidak pula memihak kepada Blok Amerika. Yang dijadikan dasar politik tersebut, ialah persamaan nasib, persamaan pengalaman sebagai negara-negara jajahan di waktu yang telah silam dan persamaan perjuangan untuk dapat memiliki kedudukan sebagai bangsa dan negara bebas di kemudian hari! Yang tidak disebut, ialah persamaan kasta pada semua bangsa di Asia itu. Memang mudah dan enak menyebut-nyebut persamaan nasib, pengalaman dan kedudukan sebagai bangsa, kalau berada di atas kursi empuk di Raffles hotel atau di tengah perdamsaan di Happy Valley, Singapore, di mana berada borjuis dari berbagai bangsa di Asia. Tetapi persamaan itu akan hilang lenyap, kalau masuk ke dalam pondok tani di salah satu desa di lembah Irawadi (Burma), di pondok buruh di kota Bangkok, atau Saigon, atau di kota Singapore sendiri.
Memangnya Nehru, Patel, Kajagopalachari, dan semua kasta Chetty (lintah darat) India bisa bersatu mengatasi kasta Sudra dan kasta Paria (orang yang tidak boleh diraba!), buruh dan tani di India dapat bersatu melawan borjuis India. Juga kaum Chetty yang sudah memiliki tanahnya kaum tani bangsa Burma di lembah Irawadi (lembah sungai Irawadi) dapat bersatu dengan pemimpin borjuis Burma, seperti pula para petani Murba di lembah Irawadi dapat bersatu dengan Chetty, tuan tanah di Irawadi itu.
Tetapi tiada mungkin disatukan dengan kekal buruh-tani itu, Sudra dan Paria India dengan kaum borjuis dan lintah darat India itu sendiri. Betapa pula lagi sukarnya pekerjaan mempersatukan tani-murba di lembah Irawadi dengan kaum Chetty India yang memiliki tanah, dan memeras, mengisap keringat dan darahnya tani murba itu. Mungkin pula dipersatukan para saudagar dan tuan pabrik beras tionghoa dengan kaum feodal dan borjuis Thailand di Siam dengan saudagar, paberikan dan tengkulak Tionghoa, di kota bangkok dan dan lain-lainnya kota.
Tetapi mempersatukan tani dan buruh bangkok saja yang penduduknya sudah 80% terdiri dari bangsa Tionghoa dan setengah Tionghoa disamping perekonomian yang 99% dimiliki oleh bangsa Tionghoa pula, bukanlah pekerjaan mudah. Begitulah keadaan di kota-kota besar di Saigon, Hanoi, Manila, dll tempat. Perpecahan politis-sosial adalah lebih besar daripada persamaan nasib pengalaman kedudukan di antara borjuis dari satu daerah di Asia dengan daerah lainnya di Asia juga. Apalagi di Tiongkok perpecahan ekonomis-sosial itu sudah lebih dari 20 tahun bertukar menjadi perang saudara yang memakan korban di antara bangsa sendiri.
“Third Power Policy” sebagai ucapan seorang yang sedang berdansa adalah khayal. Dalam Perang Dunia yang mungkin terjadi di hari depan, Asia pun akan pecah menjadi dua golongan: ialah golongan borjuis dan golongan Murba. Yang borjuisnya akan memihak kepada kelas borjuis dan blok borjuis dunia, ialah kalau tak bisa netral lagi. Yang murbanya akan menempati simpatik (kalau belum bisa berpihak) kepada kelas murba di sembarang negara di dunia ini dan kepada Blok Sosialis.
Di sinilah berlakunya pepatah: “Resan (rasa) minyak ke minyak; resan air ke air.” Memang bisa dan harus Indonesia mengadakan persatuan dengan luar negeri, tetapi syarat yang praktis pada tingkat perjuangan sekarang ini, ialah syarat persamaan geografis, strategis kebangsaan, sosial-ekonomis serta kebudayaan-kejiwaan.
4) Berdiri di atas self help (kekuatan sendiri) serta menerima bantuan (lahir-batin) dari dunia luar
Seandainya kalau Republik tak berdiplomasi dan tiada menyandarkan diri pada kerjasama dengan sesuatu negara kapitalis/imperialis menurut Linggarjati dan Renviele, tetapi terus berjuang dengan senjata politik, ekonomi dan militer yang ada pada kita, mungkin kemerdekaan 100% sudah tercapai. Tetapi karena selama ini dari dua tahun Pemerintahan Republik menyelenggarakan “kerjasama dengan Belanda”, maka Belanda, sehari demi sehari bertambah kuat dalam politik, ekonomi dan militer. Sebaliknya pula Republik kian bertambah lemah dalam segala hal tersebut.
Politik: Bermacam negara kecil yang tak sanggup berdiri sendiri sudah berdiri atau sedang didirikan oleh Belanda dalam daerah Indonesia sendiri. Pelbagai negara itu sudah diadu dombakan dengan Republik sehingga kelak semua negara merasakan perlunya satu wasit ialah negara Belanda, yang berpucuk pada mahkota Belanda. Persoalan pembagian UNI dan NIS ialah persoalan pelaksanaan perbandingan kekuasaan ekonomi antara Belanda dan Indonesia, atas pengakuan pasal 14 Linggarjati, ialah pengakuan atas pengembalian hak milik Belanda dan Asing. Soal plebicitt sukar atau mustahillah dapat diselesaikan kalau soal pembagian kekuasaan itu belum diselesaikan. Demikian pula soal hubungan dengan luar negeri dan soal kemiliteran.   
Ekonomis: Dengan kembalinya semua pabrik, kebun, tambang, alat pengangkutan darat, laut dan udara serta alat keuangan (bank-asuransi) kepada Belanda akan sudah tentu dengan sendirinya Belanda akan tetap menuntut kekuasaan dalam ekspor, impor, duane, devisen, dan yang sedang dijalankannya, sampai maksudnya tercapai. Dengan adanya semua senjata ekonomi di tangan Belanda (pabrik, kebun, tambang, pelabuhan dan pelayaran) dengan kemurahan hati Pemerintahan Republik memberikan makanan ke daerah pendudukan, maka suburlah tumbuhnya kembali perekonomian, perdagangan dan keuangan Belanda. Sebaliknya pula akan tetaplah pula merosotnya perekonomian, perdagangan keuangan Republik dan akan merosotlah pula kehidupan rakyat.
Militer: Belanda yang tak bisa masuk zonder (tanpa) pertolongan Ingrgris dan Inggris pasti terpaksa menarik diri kembali tentaranya, walaupun tidak diadakan “greaze fire order” keduanya, negara tersebut (sekarang penuh oleh KTN) berduka cita melihat tempat yang strategis, yang tak bisa direbut Belanda yang dinamai “Kantong itu Dikosongkan” dengan hati luka. Di daerah pendudukannya Belanda senantiasa memperkuat kemiliterannya, disamping Republik berusaha keras ke arah “nasionalisasi” katanya. Tetapi...tetapi...walaupun daerah Republik tinggal lebih kurang 1% dari luasnya tanah air Indonesia...walaupun penduduknya yang langsung di bawah perintahnya cuma lebih kurang 3% hasrat kemerdekan belum hilang lenyap. Bahkan banyak tanda yang menunjukkan bahwa di daerah pendudukan Belanda sendiri, semangat, sikap dan tindakan rakyat tak kurang tegasnya daripada di pedalaman. Sudah hampir tiga (3) tahun rakyat Indonesia bernafaskan hawa merdeka! Sudah hampir tiga tahun mereka merasakan pula suasana kemerdekaan yang direbutnya dengan bambu runcing di tangan. Dan...hampir tiga tahun pula rakyat menyaksikan “kebijaksanaan” borjuis kecil membela kemerdekaan yang direbut oleh rakyat murba itu. Fase baru, tingkatan massa baru, sudah tiba dalam Revolusi Indonesia ini! Murbalah sekarang yang pantas mengambil pimpinan pembelaan kemerdekaan 100%! Tetapi murbalah sekarang yang pantas mengambil pembelaan kemerdekaan ini, yang harus mengisi dan menggerakkan semua organisasi pembelaan kemerdekaan ini, murbalah pula yang harus mengisi dan menggerakkan partai, badan ekonomi dan kelaskaran.
Murba Indonesia tetap akan bersimpati dengan perjuangan kelas murba di luar negeri, di mana saja murba Indonesia akan tetap menerima pertolongan batin dari manapun datangnya dan dari mana juga datangnya. Tetapi dengan kekayaan dan istemewa alam Indonesia di bawah pimpinan organisasi murba yang sejati akan sanggup merebut kembali seluruh kekuasaan dalam arti politik, diplomasi, ekonomi dan kemiliteran.
Perang kemerdekaan berlainan sifatnya atas pembelaan dan penyerangan dengan perang perebutan negara!
Keinsyafan, ketangkasan serta kecakapan yang dibuktikan oleh rakyat murba selama hampir tiga tahun ini memberikan keyakinan kepada kami, bahwa dengan alat dan organisasi politik, ekonomi dan militer yang ada pada kita bisa kita perbaiki, bisa kita murbakan, kita akan sanggup menyelenggarakan pembelaan kemerdekaan kita atas dasar self-hep.
Dengan kelak terbentuknya keinsyafan serta organisasi dengan kodrat yang selama ini sembunyi pada rakyat yang 70 juta (sekarang 103 juta 1964) pula itu, dapatlah kita memperingatkan kepada negara atau gabungan negara mana saja, yang ingin hendak melanggar kenetralan kita, serta ingin hendak menyeret kita ke Plan Marshall dan perang kapitalis-imperialis, bahwa maksud penjajahan semacam itu tak akan dapat dilakukan dengan tiada membekukan sekurang-kurangnya 150.000 imperialis di bumi Indonesia ini. Dengan demikian maka kita dengan tak langsung akan membantu sosialis.
Akhirnya kita akan sanggup pula menjanjikan kepada proletar asing bahwa atas dasar kekuatan kita sendiri dengan cara kita sendiri, pada suatu tempo, di suatu tempat kita akan dapat berjabatan tangan sampai sebagai Negara Murba Merdeka dengan Negara Murba Merdeka.
“Berpisah kita berjuang, bersama kita memukul!”
 6 Mei 1948

[Buku] Pandangan dan Langkah Partai Rakyat Tan Malaka (31 Juli 1948)


Sumber : Teks asli tulisan Tan Malaka tahun 1948
Disalin oleh Jesus S. Anam ke ejaan baru. Diedit dan dimuat ke HTML oleh Ted Sprague (Agustus 2011)

[Buku] GERPOLEK Gerilya - Politik - Ekonomi, Tan Malaka (1948)

[Buku]Komunisme dan Pan-Islamisme, Tan Malaka (1922)


Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009

Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat pada tanggal 12 Nopember 1922.

[Buku] Naar de 'Republiek Indonesia' Tan Malaka (1925)



[Buku] Tan Malaka: Semangat Muda

Sumber: Ditulis oleh Tan Malaka pada bulan Januari 1926 di Tokyo
Kontributor: Naskah ini dikirim oleh "Pacar Merah Indonesia ", diedit supaya sesuai dengan ejaan baru oleh Ted Sprague (May 2007)

[Buku] Tan Malaka: Politik

Ditulis oleh Tan Malaka di Surabaya, 24 November 1945
Sumber: Tulisan ini diambil dari buku Merdeka 100%, cetakan pertama, Oktober 2005,

[Buku] Tan Malaka: Aksi Massa

[Buku] Tan Malaka, Bapak Republik Yang Terlupakan


Senin, 08 Desember 2014

Sejarah (Sebenarnya) Peristiwa G30S/PKI

Sabtu, 22 November 2014

FAKTA KEBENARAN KORBAN TRAGEDI PERISTIWA 65

Disusun bersama dan diterbitkan

oleh LPR-KROB, LPKP 65, Pakorba

Senin, 17 November 2014

Revolusi Indonesia Bagian Tak Terpisahkan Dari Revolusi Sosialis Dunia

Ceramah untuk Sekolah Partai Comite PKT Kwangtung, Kanton, 25 September 1963

D,N Aidit: Kobarkan Semangat Banteng

Laporan Politik Kepada Sidang Pleno kedua CCPKI yang diperluas dengan Komisi Verifikasi dan Komisi Kontrol Central di Jakarta tanggal 23-25 Desember 1963

Sabtu, 15 November 2014

Semaoen (1925)

Kehasilan Indonesia yang Diangkat ke Tanah Belanda Tiap-Tiap Tahun Yaitu 500.000.000,-

Musso (1948)

Sumber: Yayasan "Pembaruan" Jakarta 1953, Cetakan Ke-VII.

Sukarno, Marxisme dan Leninisme

SML_FIN

V.I. Lenin (1917)

SIFAT MERUGIKAN OMONG KOSONG

V.I. Lenin (1916)

Revolusi Sosialis dan Hak Sebuah Bangsa untuk Menentukan Nasib Sendiri

Che Guevara (September 1962)

KADER : TULANG PUNGGUNG REVOLUSI

Kamis, 13 November 2014

Mengenal Dasar-dasar Filsafat Marxisme: Bagian III. Ekonomi Marxis


Risalah singkat ini akan mengupas bagaimana kapitalisme berfungsi. Dengan menerapkan metode materialisme dialektis ke dalam ranah ekonomi,

Mengenal Dasar-dasar Filsafat Marxisme: Bagian II. Materialisme Historis

Sejarah dibuat oleh manusia. Dia adalah aktor di dalam drama yang telah berlangsung tanpa henti selama ratusan ribu tahun,

Mengenal Dasar-dasar Filsafat Marxisme: Bagian I. Materialisme Dialektis


Secara historis, filsafat Marxisme adalah filsafat perjuangan kelas buruh untuk menumbangkan kapitalisme dan membawa sosialisme ke bumi manusia.

Rabu, 12 November 2014

Che Guevara: Ikan Mati oleh Mulutnya Sendiri

Che_Guevara_3_by_MarcosPal
















Mitos Dijajah Belanda Selama 350 Tahun

Selama ini kita selalu di doktrin oleh pemerintah kita sendiri untuk menerima kenyataan bahwa Indonesia di jajah oleh Belanda selama 350 tahun. Pertanyaannya sekarang, benarkah selama itu?

*** Trio Komunis ***


Add caption

 
Add caption
















Selasa, 11 November 2014

Siapakah Sebenarnya Che Guevara ?

Oleh : Chris Atkinson


Roque Dalton: "Aku Senang Tertawa dan Mengasihi Rakyat"

 * * *
Aku tak percaya pada malaikat
Tapi, sekarang, bulan mati demi aku.-Roque Dalton

Haji Misbach: Muslim Komunis

Haji Misbach memiliki posisi yang unik dalam sejarah di Tanah Air. Namanya sedahsyat Semaun, Tan Malaka, atau golongan kiri lainnya. Di  kalangan gerakan Islam, memang namanya nyaris tak pernah disebut lantaran pahamnya yang beraliran komunis.

CHE GUEVARA ESENSI PERANG GERILYA (1960)

Tulisan ini merupakan bagian pertama dari Bab I buku  La Guerra de Guerrilas ( Perang Gerilya).

CHE GUEVARA APA YANG HARUS KITA PELAJARI dan APA YANG HARUS KITA AJARKAN

Desember 1958
 
Artikel ini ditulis pada minggu-minggu terakhir sebelum kemenangan, dipublikasikan pada tanggal
1 Januari 1959 di Patria, organ resmi Tentara Pemberontak di Propinsi las Villas.  

CHE GUEVARA: SOSIALISME DAN MANUSIA DI KUBA (3)

Sosialisme masih muda dan memiliki banyak kesalahan. Kami kaum revolusioner sering kekurangan pengetahuan dan keberanian intelektual yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas membangun manusia baru dengan metoda baru yang berbeda dengan metoda konvensional dan metoda-metoda konvensional korban dari pengaruh masyarakat yang menciptakannya.

CHE GUEVARA: SOSIALISME DAN MANUSIA DI KUBA (2)

Artikel ini di tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano, editor Marcha, majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay. Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan, saat mana ia berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan  mengunjungi sejumlah negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret 1965 di majalah Marcha, dan tanggal 11 April 1965 di majalah Verde Olivo.
 
Kawan tercinta:
 
Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
*  *  *
Pendapat umum yang dilontarkan dari mulut juru bicara kaum kapitalis, dalam rangka perang ideologi menentang sosialisme, yakni bahwasanya sosialisme, atau periode pembangunan sosialisme seperti yang sedang kami laksanakan di Kuba ini, ditunjukkan oleh, penghapusan individu atas nama negara. Saya tidak akan berusaha menolak pendapat tersebut semata-mata berdasarkan argumen teoritik, melainkan dengan menunjukkan fakta-fakta sebagaimana adanya di kuba dan selanjutnya memberi tambahan komentar umum. Ijinkanlah sekarang saya memaparkan sejarah perjuangan revolusioner kami sebelum dan sesudah berhasil merebut kekuasaan.
Sebagaimana telah diketahui, tanggal tepatnya dimulainya perjuangan revolusioner --yang mencapai puncaknya pada 1 Januari 1959--adalah tanggal 26 Juli 1953. Sebuah kelompok yang dipimpin oleh Fidel Castro menyerang barak Moncada di Propinsi Oriente pada pagi hari tanggal tersebut. Serangan itu gagal, kegagalan itu menjadi sebuah malapetaka; dan mereka yang hidup dijebloskan ke dalam penjara, dan memulai kembali perjuangan revolusioner setelah mereka dibebaskan melalui sebuah amnesti.
Dalam proses ini, dimana yang ada baru berupa benih sosialisme, manusia merupakan faktor fundamental. Kita meletakkan kepercayaan kita padanya--individual, khas, dengan nama pertama dan akhirnya--dan kemenangan atau kegagalan missi yang  dipercayakan padanya bergantung pada kapasitasnya untuk aksi.
Selanjutnya tibalah tahap perjuangan gerilya. Perjuangan ini berkembang dalam dua lingkungan yang berbeda: rakyat, massa yang masih tertidur yang harus dimobilisasi; dan pelopornya, gerilyawan, kekuatan  motor mobilisasi, pembangkit kesadaran revolusioner dan antusiasme  militan. Pelopor ini merupakan agen katalisator yang membangkitkan kondisi subyektif yang diperlukan untuk memperoleh kemenangan.
        Di sini sekali lagi, dalam kerangka proletarisasi pemikiran kami, dari revolusi yang berlangsung dalam kebiasaan-kebiasaan dan pikiran-pikiran kami, individu merupakan faktor pokok. Setiap seorang pejuang dari Sierra Maestra yang mencapai jenjang atas dalam barisan kekuatan revolusioner memiliki rekor tindakan yang luar biasa. Mereka memperoleh jenjang tersebut atas dasar tindakannya itu. Inilah periode kepahlawanan pertama, dan di situ mereka harus memikul tanggung jawabnya yang amat berat, untuk tugas-tugas yang amat berbahaya, dengan tiada kepuasan lain daripada berhasil memenuhi kewajiban yang dibebankan padanya itu.
Dalam pekerjaan pendidikan revolusioner, kami seringkali kembali ke tema-tema yang mengandung pelajaran seperti ini. Sikap pejuang kami diarahkan sebagai manusia masa depan.  
Pada bagian sejarah kami yang lain tindakan dedikasi total pada perjuangan revolusioner terus-menerus diulang. Selama krisis Oktober dan saat Hurricane Flora kami menyaksikan tindakan keberanian dan pengorbanan luar biasa yang ditunjukkan oleh seluruh rakyat. Penemuan metoda melestarikan sikap kepahlawanan ini dalam kehidupan sehari-hari, dari sudut pandang ideologis, merupakan salah satu tugas fundamental kami.
Pada bulan Januari 1959, pemerintahan revolusioner didirikan dengan keikutsertaan berbagai anggota dari kaum borjuis pengkhianat. Keberadaan Tentara Pemberontak (selanjutnya diubah menjadi kekuatan bersenjata Revolusioner setelah kemenangan revolusi 1959, pent) sebagai faktor mendasar  dari kekuatan yang mengawal revolusi.
Kontradiksi serius mulai berkembang. Kontradiksi utama, pada bulan Februari 1959, diselesaikan ketika Fidel Castro memegang kepemimpinan pemerintahan, mengambil pos perdana menteri. Proses ini mencapai puncaknya pada bulan Juli tahun yang sama dengan mundurnya Presiden Urrutia karena tekanan massa.
Dalam sejarah revolusi Kuba nampak jelas karakternya, watak aslinya, yang secara sistematik berulang-ulang tampil: massa
Proses yang bersegi jamak ini bukan, sebagaimana dianggap, jumlah dari elemen-elemen dari tipe yang sama,layaknya sekumpulan domba,lebih-lebih lagi, disusutkan menjadi jenis tipe sistem yang dipaksakan dari atas. Benar adanya bahwa ia mengikuti para pemimpinannya, terutama Fidel Castro, tanpa keraguan. Namun tingkat dimana para pemimpin itu memperoleh kepercayaan sesungguhnya hasil dari ketepatan mereka menginterpretasikan keinginan dan aspirasi rakyat dalam arti utuh, dan dari perjuangan tulus untuk memenuhi janji yang dibuatnya.
Massa berpartisipasi dalam reformasi agraria dan dalam tugas sulit mengelola perusahaan-perusahaan negara; yang juga ditunjukkan melalui pengalaman Playa Giron yang heroik itu, peperangan melawan kelompok-kelompok bandit yang dipersenjatai oleh CIA; berpartisipasi melalui salah satu keputusan yang amat penting di jaman moderen selama krisis Oktober; dan saat ini berlanjut terus bekerja demi membangun sosialisme.
Dipandang dari luar, nampaknya mereka yang mengatakan tentang adanya subordinasi individu di bawah negara bisa benar. Massa melakukan tugas-tugas itu dengan antusiame yang tak ada bandingannya dan menjalankan tugas yang digariskan oleh pemerintah, apakah itu di bidang ekonomi, kebudayaan, pertahanan, olah raga, dsb.
Inisiatif muncul dari Fidel atau dari komandan tinggi revolusioner dan dijelaskan kepada rakyat, yang menjadikannya sebagai miliknya. Dalam beberapa kasus, partai dan pemerintah mengambil pengalaman lokal dan menggeneralisasikannya, dengan mengikuti prosedur sama.
Meski begitu, negara kadang-kadang membuat kesalahan. Pada saat terjadi kesalahan, yaitu nampak dari menurunnya antusiasme kolektif dikarenakan efek penurunan kuantitatif pada masing-masing elemen yang menyusun massa. Kerja menjadi lumpuh hingga mencapai penyusutan jumlah ke tingkat yang tak memadai. Saatnya harus segera membuat koreksi. Ini terjadi pada bulan Maret 1962, sebagai hasil dari kebijaksanaan sektarian yang dipaksakan pada partai oleh Anibal Escalante.
Nyata bahwa mekanisme ini tidak cukup menjamin bagi suksesi tindakan yang bijaksana. Hubungan yang lebih berstruktur dengan massa amat dibutuhkan, dan kami harus memperbaikinya di tahun-tahun selanjutnya. Selain inisiatif yang muncul dari jajaran atas pemerintahan yang telah lakukan, kami sekarang ini menggunakan metoda intuitif yang muncul dari reaksi umum atas problem-problem besar yang kami hadapi.
Dalam hal inilah Fidel seorang pemimpin. Cara khasnya dalam menyatukan dirinya dengan rakyat dapat ditangkap hanya dengan melihatnya dalam tindakan. Dalam rapat umum raksasa seseorang dapat mengamatinya bagai dialog antara dua garpu penala yang saling bergetar menghasilkan suara baru. Fidel dan massa mulai bergetar bersama dalam sebuah dialog yang intensitasnya makin tumbuh hingga mencapai klimaks dalam sebuah muara jeritan perjuangan dan kemenangan.
Sesuatu yang sulit dipahami bagi seseorang yang tidak hidup melalui pengalaman revolusi adalah keeratan dialektika antara individu dan massa,dimana massa, sebagai kumpulan individu, saling berinterkoneksi dengan para pemimpinnya.
Beberapa fenomena seperti ini memang kisa juga dilihat di bahwa kapitalisme, ketika para politisi nampak mampu memobilisasi opini umum, namun hal itu bukan sebagai gerakan sosial murni (jika benar-benar murni, maka tidak sepenuhnya benar mengatakan  mereka sebagai kapitalis). Gerakan ini hanya mampu bertahan, jika orang yang itu mampu terus menjadi ispirasi bagi mereka, atau akan bertahan selama kekasaran masyarakat kapitalis terus-menerus menciptakan illusi terhadap rakyat.
Dalam masyarakat kapitalis, manusia dikontrol oleh hukum tanpa belas kasihan yang berada di luar jangkauannya. Makhluk manusia teralienasi dan diikat menjadi sebuah masyarakat oleh sebuah jaringan korda: hukum nilai. Hukum yang berlaku atas seluruh aspek kehidupannya, yang membentuk perjalanan dan nasibnya.
Hukum kapitalisme, yang mengelabui dan tak nampak bagi orang kebanyakan, berlaku atas individu tanpa ia menyadarinya. Ia hanya melihat keluasan horison tanpa batas di hadapannya. Inilah betapa hal itu dilukiskan oleh kaum propagandis kapitalis yang mengaku menarik pelajaran dari contoh semacam Rockeffeler --apakah benar atau tidak-- tentang kemungkinan meraih keberhasilan. 
Tumpukan kemiskinan dan penderitaan yang dipersyaratkan bagi kemunculan seorang Rockeffeler, dan tumpukan kebejatan yang dikandung dalam kekayaan seperti itu, digelapkan oleh lukisan tersebut, dan tidak selalu mungkin bagi kekuatan rakyat untuk melihat secara jernih konsep-konsep hukum kapitalisme ini.
(Sebuah diskusi tentang bagaimana buruh di negara imperialis secara gradual kehilangan semangat internasionalisme kelas pekerjanya disebabkan hingga tingkat tertentu oleh eksploitasi terhadap negara dunia ketiga, dan pada saat yang sama bagaimana melemahnya semangat perjuangan massa di negara imperialis, bisa dikaji di sini, namun tema itu di luar sasaran pokok tulisan ini.)
Dalam kasus apapun jalan menuju kesuksesan di masyarakat kapitalis digambarkan sebagai perjuangan dengan resiko--resiko dimana, diperlihatkan, seorang individu dengan kualitas yang baik sajalah yang dapat menghadapinya. Hadiah nampak ada di kejauhan; dan jalan untuk mencapainya penuh kesepian. Maka selanjutnya, yang berlangsung adalah persaingan diantara serigala-serigala; pemenangnya akan muncul dengan ongkos kegagalan lainnya. 

CHE GUEVARA: SOSIALISME DAN MANUSIA DI KUBA (1)

Artikel ini di tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano, editor Marcha, majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay. Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan,

MARXISME DAN REVIONISME

 (Diketik kembali untuk Situs Indo-Marxist dari buku Yayasan ”Pembaruan” Jakarta 1961 dengan sedikit perubahan ejaan)  

Peran Besar, Bung Kecil




1
FILM dokumenter itu menggetarkan. Pada 14 Agustus 1947, Sjahrir berdiri di depan
Sidang Dewan Keamanan, Lake Success, Amerika Serikat. Ia berbicara tentang sebuah
bangsa bernama Indonesia.