Gerakan Kiri

Revolusi Indonesia

Selasa, 11 November 2014

CHE GUEVARA: SOSIALISME DAN MANUSIA DI KUBA (3)

Sosialisme masih muda dan memiliki banyak kesalahan. Kami kaum revolusioner sering kekurangan pengetahuan dan keberanian intelektual yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas membangun manusia baru dengan metoda baru yang berbeda dengan metoda konvensional dan metoda-metoda konvensional korban dari pengaruh masyarakat yang menciptakannya.
 
(Sekali lagi tema hubungan antara bentuk dan isi kemanusiaan.)
 Disorientasi meluas dan kami disibukkan oleh masalah-masalah konstruksi material. Tak ada seniman (artists) dengan otoritas besar yang pada saat bersamaan memiliki otoritas revolusioner besar. Anggota Partai harus mengambil tugas ini dan berusaha mencapai tujuan utama, mendidik rakyat.
Apa yang diusahakan selanjutnya adalah penyederhanaan. Sesuatu yang dapat dipahami oleh setiap orang, sesuatu yang dapat dipahami para fungsionaris. Penggalian artistik murni diakhiri, dan masalah kebudayaan umum disusutkan untuk mengambil beberapa hal dari kehadiran sosialis dan beberapa lainnya dari masa lampau yang telah mati (karena itu, tidak berbahaya). Jadi realisme sosialis muncul atas dasar seni abad lampau.
Namun seni realistik abad ke sembilan belas juga memiliki watak kelas, mungkin kapitalis yang lebih murni daripada seni dekaden abad-ke dua puluh ini yang menampilkan kegusaran manusia terasing. Dalam bidang kebudayaan, kapitalisme telah memberikan semua yang harus ia berikan, dan tak ada yang tersisa kecuali bau busuk bangkainya, dekadensi seni-nya dewasa ini.
Namun mengapa berusaha menemukan hanya resep-resep handal dalam bentuk-bentuk Realisme Sosialis yang telah beku? Kita tidak dapat memamerkan 'kebebasan' realisme sosialis, karena ia belum ada dan tidak akan ada hingga perkembangan penuh dari masyarakat baru. Namun kita tidak dapat, dari penghitungan seluruh beaya realisme, menghujat semua bentuk seni sejak paruh pertama abad ke sembilan belas, karena kita akan jatuh ke dalam kesalahan kembali ke masa lampau ala Proudhon, dengan menutup ekspresi artistik dari manusia yang sedang lahir dalam proses pembentukan diri.
Apa yang dibutuhkan adalah pengembangan sebuah mekanisme kebudayaan-ideologis yang mengijinkan baik penggalian bebas dan pembersihan rumput-rumput liar yang sedimikian mudahnya tumbuh di atas tanah yang telah dipupuk oleh tunjangan negara.
Di negeri kami kekeliruan realisme mekanis tidak nampak, tetapi lebih nampak lawannya. Dan hal tersebut demikian karena kebutuhan untuk menciptakan pembentukan manusia baru belum dipahami, manusia baru yang bukan menggambarkan ide abad ke sembilan belas maupun ide abad kita yang dekaden dan tak sehat ini.
Apa yang harus kita ciptakan adalah manusia abad ke dua puluh satu, walaupun ini masih aspirasi subyektif, belum disistematisasikan. Sesungguhnya inilah salah satu sasaran fundamental studi dan pekerjaan kita. Untuk tingkat keberhasilan konkret yang kita capai pada perencanaan teoritik--atau, sebaliknya, pada tingkat kesimpulan teoritik yang kita tarik dari karakter luas atas dasar riset kongkret kita --kita pasti akan membuat sumbangan bernilai bagi Marxisme-Leninisme, demi kemanusiaan.
Dengan bereaksi menentang manusia abad ke sembilan belas kita masuk ke dalam dekadensi abad ke dua puluh; itu bukanlah kesalahan telak, namun kita harus mengikisnya agar kita tidak terperosok ke dalam revisionisme.
Penumpukan terus berkembang; ide baru memperoleh momentum bagus di dalam masyarakat. Peluang-peluang material bagi perkembangan kesatuan seluruh anggota masyarakat membuat tugas membuahkan lebih banyak buahnya. Masa kini adalah masa perjuangan; masa depan merupakan milik kita.
Ringkasannya, kesalahan kebanyakan artis dan intelektual kita terletak dalam dosa asal mereka: mereka bukan revolusioner sejati. Kita bisa saja menggosok-gosok pohon elm hingga  menghasilkan pohon pears, namun pada saat yang sama kita musti menanam pohon pear. Generasi baru akan lahir terbebas dari dosa asal. Kemungkinan-kemungkinan bahwa seniman-seniman besar akan muncul harus lebih besar lagi hingga ke tingkat dimana bidang kebudayaan dan kemungkinan-kemungkinan untuk ekspresi diperluas.
Tugas kita adalah menjaga generasi sekarang, diguncang oleh konflik-konfliknya, dari kemurtadan dan dari pembelotan generasi baru. kita tidak hendak menciptakan hamba-hamba pikiran resmi yang dungu, atau 'siswa-siswa bea-siswa' yanq hidup atas beaya negara --mempraktekkan " kebebasan" yang mengekor saja. Kaum revolusioner masa depan akan menyanyikan lagu manusia baru dengan suara murni dari rakyat. Ini merupakan proses yang membutuhkan waktu.
Dalam masyarakat kami, kaum-muda dan Partai memainkan peran besar.
Kaum muda penting karena ia merupakan tanah liat yang lentur dan mudah dibentuk-dari mana manusia baru dapat dibangun tanpa ada bekas-bekas lama. Kaum muda dapat dibentuk sesuai dengan aspirasi-aspirasi kami. Pendidikan mereka setiap hari semakin lengkap, dan kami tidak mengabaikan integrasi kami ke dalam kerja sejak awal. Mahasiswa-mahasiswa beasiswa kami melakukan kerja fisik selama musim libur mereka atau selama waktu belajar mereka. Dalam beberapa kasus kerja merupakan hadiah, cara pendidikan lain, namun ia tidak pernah merupakan hukuman. Sebuah generasi baru sedang dilahirkan.
Partai merupakan organisasi pelopor. la terdiri dari buruh buruh yang terbaik, yang pengajuan keanggotaannya dilakukan oleh kawan-kawan sekerjanya. Partai adalah golongan minoritas, namun memiliki otoritas yang besar karena kualitas kadernya. Aspirasi kami adalah bahwa partai menjadi sebuah partai massa, namun hanya ada saat massa telah mencapai tingkat pelopor. Yakni, ketika massa terdidik bagi komunisme.
Kerja kami secara konstan bertujuan pada pendidikan ini. Partai merupakan contoh hidup; kader-kadernya harus diajari kerja keras dan berani berkorban. Melalui tindakan mereka, mereka harus mengarahkan massa untuk melengkapi tugas-tugas revolusioner, dan ini mencakup tahun-tahun perjuangan keras melawan kesulitan-kesulitan pembangunan, musuh-musuh kelas, penyakit-penyakit masa lampau, imperialisme...
Sekarang, saya hendak menjelaskan peranan yang dimainkan oleh individu, oleh manusia sebagai individu di dalam massa yang membuat sejarah. Ini adalah pengalaman kami; ini bukanlah resep.
Fidel memberikan impuls-impuls revolusi di tahun-tahun pertama, dan juga kepemimpinannya. Ia selalu mengatur nadanya. Selain itu terdapat sekelompok kaum revolusioner yang tumbuh di atas jalan yang sama sebagai pimpinan pusat. Dan ada massa besar yang mengikuti pemimpinnya, karena yakin terhadap pemimpinnya. Massa memiliki kepercayaan kepada pemimpinnya karena pemimpin itu mengetahui bagaimana menginterpretasikan aspirasi massa.
Tak jadi soal, berapa kilogram makanan yang seseorang harus makan, ataupun berapa kali dalam satu tahun seseorang pergi ke pantai, atau berapa banyak barang-barang bagus dari luar negeri yang bisa kau beli dengan uang yang kau peroleh dari gajimu saat ini; Persoalannya adalah membuat individu merasa lebih komplet, dengan kesempurnaan internal dan tanggung jawab yang lebih besar. 
Individu di negeri kami mengetahui bahwa saat-saat mulia yang terjadi dalam hidupnya adalah saat pengorbanan; kami akrab dengan pengorbanan. Mereka yang pertama kali akrab dengan pengorbanan adalah para pejuang di Sierra Maestra dan selanjutnya juga di tempat-tempat lainnya, barulah setelah itu seluruh Kuba mengetahuinya. Kuba merupakan pelopor Amerika Latin dan harus membuat pengorbanan karena ia menduduki posisi garda terdepan, karena ia mengajarkan pada massa Amerika Latin jalan menuju kebebasan penuh.
Di dalam negeri, kepemimpinan menjalankan peran pelopornya. Dan harus dikatakan di sini dengan setulus-tulusnya bahwa dalam sebuah revolusi riil, dimana seseorang memberikan seluruh miliknya dan dari mana seseorang tidak mengharapkan hadiah materi darinya, tugas dari revolusioner pelopor adalah indah dan sekaligus penuh penderitaan.
Dengan resiko nampak sebagai hal yang ganjil, ijinkanlah saya mengatakan bahwa revolusioner sejati senantiasa dibimbing oleh perasaan kecintaan yang dalam. Adalah mustahil membayangkan seorang revolusioner sejati yang tidak memiliki kualitas ini. Agaknya inilah drama terbesar dari seorang pemimpin yang harus menggabungkan semangat yang menyala-nyala dengan intelegensi dingin dan membuat keputusan-keputusan yang berat dan menyakitkan tanpa menghindarinya. K kaum pelopor revolusioner kami harus membuat ideal kecintaan pada rakyat ini, pada sebab-sebab pengorbanan, membuatnya satu dan tak bisa ditawar-tawar lagi. Mereka tidak bisa kurang dari persyaratan itu, yaitu dengan kadar kecintaan yang dangkal, setingkat mana manusia biasa menempatkan cintanya ke dalam prakteknya.
Pemimpin revolusi memiliki anak-anak yang baru mulai bisa bicara, yang tidak belajar memanggil ayahnya dengan nama; mereka memiliki istri atau suami yang merupakan bagian dari pengorbanan hidupnya dalam rangka memilih revolusi sebagai takdirnya; Lingkaran kawan-kawannya secara ketat dibatasi pada lingkaran kawan-kawan revolusi. Tidak ada kehidupan lain di luar itu.
Dalam keadaan seperti ini seseorang harus memiliki kadar kemanusiaan yang tinggi, kadar rasa keadilan dan kebenaran yang tinggi agar tidak jatuh ke dalam dogmatisme ekstrem, ke dalam cara pandang sekolahan yang dingin, keterasingan dari massa. Kita harus berusaha secara gigih sedemikian rupa setiap hari sehingga cinta kemanusiaan kita ditransformasikan ke dalam tingkah laku nyata, ke dalam tindakan yang menunjukkan contoh-contoh, sebagai kekuatan penggerak.
Revolusioner, kekuatan motor ideologis dari revolusi di dalam partai kita, dijejali oleh tugas-tugas yang tanpa henti-hentinya muncul dan hanya berakhir dengan kematian, terkecuali jika pembangunan sosialisme skala dunia telah rampung. Bila semangat revolusioner telah tumpul pada saat tugas-tugas yang amat mendesak harus dirampungkan di skala lokal dan ia mengabaikan tentang internasionalisme proletariat, maka revolusi sebagai kekuatan pendorong akan menjadi mandeg dan terperosok ke dalam keloyoan dimana imperialisme, musuh kita yang tak bisa ditawar-tawar lagi, akan memanfaatkannya guna memperoleh pijakannya. Internasionalisme proletariat merupakan sebuah kewajiban, namun ia juga merupakan kebutuhan revolusioner. Beginilah cara kami mendidik rakyat kami.
Tentu saja ada bahaya di dalam situasi sekarang ini, dimana bukan hanya berupa dogmatisme, bukan hanya mengendurnya ikatan dengan massa, di tengah-tengah tugas berat. Bahaya yang lain adalah kelemahan yang ada pada diri kami sendiri. Seandainya seseorang berpikir hendak mengabdikan keseluruhan hidupnya bagi revolusi maka ini berarti bahwa ia tidak akan terganggu oleh kekhawatiran seperti anak-anaknya akan kekurangan atau kehilangan sesuatu,  bahwa sepatu anaknya telah usang dan robek dan harus segera diganti, bahwa keluarganya kekurangan dan butuh akan barang-barang tertentu, dimana demi memenuhi kekurangan-kekurangan itu ia menyediakan dirinya dimasuki oleh kuman-kuman tindak korupsi.
Dalam hal seperti itu kami, sebagai revolusioner pelopor, harus memandang bahwa anak-anak kami harus dibiasakan dan diajak untuk tidak memiliki sesuatu barang jika anak-anak dari rakyat umumnyapun tidak memiliki barang seperti itu, dan keluarga kita harus memahami hal ini dan hidup dengan cara seperti ini. Revolusi tercipta melalui manusia, namun manusia harus mengasah semangat revolusionernya hari demi hari.
Beginilah cara kami melangkah. Di ujung tiang pokok –kita tak perlu malu atau takut menyatakannya-- adalah Fidel Castro. Di belakangnya adalah kader-kader partai terbaik, dan di belakang mereka, sedemikian dekatnya mereka sehingga kita bisa merasakan kekuatan dahsyatnya, muncullah rakyat dengan keseluruhannya, sebuah struktur yang kukuh dari individu-individu yang bergerak menuju tujuan sama, individu-individu yang memperoleh kesadaran tentang apa yang harus dilakukan, manusia yang berjuang untuk menghindar dari kenyataan keterpaksaan dan memasuki kebebasan.
Kumpulan manusia (great throng) yang begitu besar ini  mengorganisasi dirinya; organisasinya merupakan hasil dari kesadarannya terhadap perlunya organisasi itu. Ia bukan lagi merupakan kekuatan yang terpecah-pecah, terbagi-bagi ke dalam ratusan gumpalan yang terlempar ke udara bak pecahan granat, yang mencoba segala macam cara untuk mencapai perlindungan dari sebuah masa depan tak jelas, dalam sebuah pertarungan sengit dengan kawan-kawannya sendiri.
    Kita mengetahui bahwa pengorbanan ada dihadapan kita dan kita harus membayar sebuah harga demi fakta heroik dimana kita? sebagai sebuah bangsa, merupakan pelopor kita, sebagai pemimpin, mengetahui beaya yang harus kita bayar demi hak untuk menyatakan bahwa kita adalah pemimpin rakyat yang pemimpin benua Amerika Latin. Masing-masing dari kita harus membayar secara penuh jatah pengorbanan kita, makhluk yang memiliki kesadaran bahwa hadiah yang kita terima tak lain merupakan kepuasan bila mampu memenuhi kewajiban, kesadaran maju bersama dengan setiap orang menuju manusia baru yang nampak di cakrawala.        Ijinkanlah saya menarik beberapa kesimpulan:
      Kami kaum sosialis, lebih bebas karena kami lebih lengkap, kami lebih lengkap karena kami lebih bebas.
    Kerangka kebebasan menyeluruh kami telah terbentuk. Daging dan bajunya masih belum ada, kita akan menciptakannya.
    Kebebasan kami dan topangannya sehari-hari kami bayar dengan darah dan pengorbanan kami.
      Pengorbanan kami disadari: beaya yang harus dibayar bagi kebebasan yang sedang kami bangun.
     Jalan ini panjang dan sebagian tidak kita ketahui kami menyadari keterbatasan kami, kami akan menciptakan manusia abad ke dua puluh satu--kami, diri kami.
     Kami akan menempa diri kami dalam tindakan sehari-hari; menciptakan manusia baru dengan teknologi baru.
     Individu memainkan peranan dalam memobilisasi dan mengarahkan massa sepanjang ia memiliki kebajikan yang amat tinggi dan aspirasi tentang rakyat dan tidak menyeleweng dari jalur.
     Untuk membersihkan jalan dilakukan oleh kelompok pelopor, yang terbaik dari segalanya, yaitu Partai.
     Basis sasaran (basic clay)dari pekerjaan kami adalah pemuda. Kami menempatkan harapan kami pada mereka dan mempersiapkan mereka mengambil panji-panji dari tangan kami.
*  *  *
Jika surat yang penuh kekurangan ini (inarticulate letter) menjelaskan sesuatu berarti dia menunjukkan obyektivitas yang mendasarinya. Aku tutup dengan salam kita--sebagaimana kebiasaan jabat tangan atau satu "Ave Maria Purissima"--Tanah Air atau Mati!

0 komentar

Posting Komentar