Gerakan Kiri

Revolusi Indonesia

Kamis, 11 Desember 2014

Komunis Bukan Atheis


Dulu waktu SD, kita diajarkan di sekolah bahwa komunis adalah atheis. Bahkan sampai sekarang, bahwa anak sekolahan bahkan yang sudah kuliah masih mendapatkan pelajaran menyesatkan khas Orde Baru itu.
Apalagi waktu kita nonton film G30S/PKI,
beberapa adegan di film itu menampilkan masyarakat yang antipati dengan PKI. Mereka mengatakan bahwa komunis itu masyarakat anti-Tuhan, sedangkan Indonesia ini berketuhanan yang maha esa. Pandai sekali penguasa-penguasa Orde Baru melencengkan sejarah, bahkan melencengkan ideologi politik menjadi sebuah kepercayaan. Dan yang paling parahnya lagi, tidak hanya anak sekolahan, bahkan orang dewasa pun mengira bahwa komunis itu atheis
Komunisme tidak sama dengan Ateisme. Komunisme adalah ideologi, sub-ideologi politik yang didefinisikan dengan ringan sebagai suatu paham pemerataan stratifikasi sosial dan kepemilikan finansial kaum buruh dan tani (proletar) dengan kaum pengusaha (borjuis) lewat pendekatan ekonomi kesejahteraan dan perjuangan rakyat kecil, sehingga tercipta sebuah persamaan dan kesetaraan hak dan kewajiban. Sedangkan Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi.
Seorang ateis bisa saja memiliki pandangan liberal, sekuler, kapitalis, atau juga komunis. Oleh karena itu, tidak semua ateis adalah komunis dan tidak semua komunis adalah ateis. Sementara itu, Indonesia contoh yang terkenal adalah Haji Misbach, sementara di India komunisme bukan hanya dirangkul, tetapi juga dipimpin oleh muslim, di Amerika Latin, komunisme/marxisme mempengaruhi ajaran Katolik sehingga terbentuklah Teologi Pembebasan.
Salah satu penyebab dihubung-hubungkannya ateisme dengan komunisme, mungkin adalah kata-kata Karl Marx lewat thesisnya bersama Friedrich Engels yang berjudul “Manifest der Kommunistischen” (Manifesto Komunis), “Agama adalah candu bagi massa rakyat” di dalam thesisnya itu, dia menulis bahwa agama adalah candu dikarenakan para theis terkurung dalam kotak yang disebut dogmatik. Digambarkan bahwa ajaran agama tentang doa dan usaha, para penganut agama cenderung dibutakan dengan “doa” sehingga gerakan mereka sempit dan terbatas. Sebagai contoh, jika kita berdoa semoga rezeki kita dipermudah Tuhan, maka kita akan melakukan aktifitas-aktifitas terbatas tanpa angan-angan untuk lebih (setidaknya, itu yg dia lihat di Jerman kala itu).
Disinilah Marx menganalogikan bahwa selama masih ada agama, berarti penindasan masih subur (penindasan bukan disebabkan agama, tapi orang-orang berlari ke agama tatkala terjadi penindasan). Maksudnya, orang yg berusaha keras untuk maju lebih diutamakan daripada berdoa.
Jadi, bukan dikatakan non-agama, tapi harusnya agama jangan dijadikan faktor memperlemah seseorang untuk tidak berusaha/malas (tidak melakukan revolusi atau perubahan).
Di Indonesia, cap atheis pada komunis dan sebaliknya adalah hasil dari propaganda rejim Orde Baru yang ingin melenyapkan partai besar dan jutaan pendukungnya tersebut secara instan dan dalam jangka panjang. Guna mendapatkan dukungan kelompok agama, maka rejim Orde Baru mempropagandakan bahwa komunis adalah atheis, musuh agama, sehingga mereka harus diberantas dari bumi Indonesia. Lebih dari satu juta orang dibunuh, dirampas harta benda dan hak-hak sipilnya, dipenjara tanpa pengadilan, dibuang ke Pulau Buru akibat kampanye antikomunis di tahun 60-an. 

Sumber: Arimeimoki

0 komentar

Posting Komentar