Memperingati Hari Lahir BK 6 Juni
Hari kelahiran Bung Karno
(6 Juni 1901) kali ini kita peringati dalam situasi yang jauh lebih
baik dari pada selama ini sejak Suharto dan konco-konconya (kaum
reaksioner di dalam dan luar negeri) menggulingkannya dalam tahun
1966-1967.
Dengan diselenggarakannya peringatan Hari Lahir Pancasila 1
Juni baru-baru ini kedudukan Bung Karno sebagai bapak bangsa dan
penggali Pancasila kembali diakui dan dihormati oleh sebagian terbesar
bangsa kita.
Dengan dilancarkannya
gerakan besar-besaran secara nasional untuk penguatan Pancasila (atau
re-vitalisasi dan applikasi Pancasila), yang sudah disepakati oleh 9
lembaga tertinggi negara, maka dengan sendirinya sosok agung Bung Karno
sebagai tokoh tinggi pemersatu rakyat dan inspirator besar perjuangan
bangsa makin menjulang tinggi untuk selanjutnya.
Perkembangan baik seperti
itu sangat penting untuk hari kemudian bangsa dan negara, yang dewasa
ini sedang dalam keadaan yang serba membusuk, atau rusak, atau bobrok,
dan kehilangan arah, akibat kebejatan moral para pejabat-pejabat dan
tokoh-tokoh terkemuka masyarakat pada umumnya, di seluruh negeri dan
yang sudah berlangsung lama.
Di tengah-tengah
kerusakan moral atau membusuknya akhlak yang tercermin di seluruh
kehidupan bangsa dan negara (terutama di kalangan atas) itulah
peringatan Hari Lahir Bung Karno sekarang ini makin terasa penting
sekali.
Sebab, begitu hebatnya
keparahan penyakit-penyakit mental dan begitu banyaknya masalah-masalah
berat yang dihadapi bangsa kita sehingga - sekarang ini - tidak ada
seorang pun yang bisa memastikan apakah situasi yang serba semrawut dan
bejat sekarang ini bisa diatasi, baik dalam waktu dekat maupun dalam
jangka panjang.
Orde Baru adalah perusak jiwa Pancasila
Sudah sebegitu besarnya
kebobrokan budi dan sebegitu luasnya pembusukan rochani di banyak
kalangan masyarakat sehingga segala macam teori muluk-muluk tidak bisa
dipakai lagi untuk mengatasinya, dan segala macam ayat-ayat suci juga
tidak mempan untuk mencegahnya atau mengobatinya. Segala mesjid atau
mushollah dan gereja serta klenteng dan kuil juga seperti dikentuti atau
diludahi saja oleh para koruptor dan berbagai macam penjahat lainnya.
Karenanya, di bawah
Suharto dan penerus-penerusnya, NKRI sudah berubah menjadi negaranya
para maling berdasi, pejabat-pejabat yang bertindak sebagai
penjahat,,perampok-perampok uang negara dan rakyat, dan penipu-penipu
besar yang suka mengucapkan sumpah palsu di depan Tuhan atau sembahyang
dengan tujuan-tujuan yang haram.
NKRI yang dikelola --
dari yang paling atas sampai yang paling bawah -- oleh orang-orang
yang sehaluan dengan Suharto dan anti Bung Karno itulah yang merupkan
sumber dari segala macam penyakit parah bangsa sekarang ini.
Kalau sama-sama kita
telaah dalam-dalam, dan kalau kita renungkan akibat-akibatnya, maka
jelaslah bahwa rejim militer Orde Baru adalah perusak besar NKRI, dan
pengkhianat cita-cita para perintis kemerdekaan, dan pengotor Pancasila,
dan penjegal revolusi rakyat, dan pembunuh Bung Karno, dan
penginjak-injak ajaran-ajaran revolusionernya.
Karenanya, ketika kita
semua memperingati Hari Lahirnya Bung Karno perlulah kiranya kita ingat
juga kepada dosa-dosa besar dan pengkhianatan Suharto beserta
pendukung-pendukung setianya . Sebab, pengkhianatan Suharto (beserta
konco-konconya) terhadap Bung Karno adalah -- pada hakekatnya --
pengkhianatan terhadap seluruh kekuatan yang mendukungnya. Pengkhianatan
Suharto (bersama sekutu-sekutunya dalam dan luar negeri) terhadap Bung
Karno merupakan kerugian besar sekali bagi rakyat Indonesia, dan
kelumpuhan bagi kekuatan-kekuatan revolusionernya, serta kelemahan bagi
perjuangan menentang imperialisme dalam segala bentuknya.
Lahirnya Bung Karno adalah anugerah agung bagi bangsa
Dengan lahirnya Bung Karno dalam tahun
1901 di Surabaya (bukan di Blitar seperti yang sering dikatakan selama
ini) maka bangsa Indonesia dianugerahi dengan seorang putera yang paling
agung dalam sejarah Indonesia. Sejak umur belasan tahun (16 tahun) ia
sudah belajar dalam perjuangan politik di bawah bimbingan HOS
Tjokroaminoto, tokoh raksasa Sarekat Islam. Ketika baru umur 26 tahun,
ia sudah mengeluarkan gagasan besarnya dalam tulisannya « Nasionalisme,
Islamisme dan Marxisme », suatu gagasan yang kemudian dikembangkannya
menjadi konsepsinya yang terkenal dengan NASAKOM.
Tanpa menelusuri kembali
secara terperinci sejarah hidup Bung Karno sudah dapat dikatakan dengan
tegas dan gamblang bahwa hidup Bung Karno adalah terutama sekali untuk
perjuangan rakyat Indonesia, baik untuk melawan kolonialisme dan merebut
kemerdekaan, dan kemudian diteruskan dengan perjuangan untuk melawan
imperialisme dan neo-kolonialisme dan memperjuangkan masyarakat adil dan
makmur, yaitu sosialisme à la Indonesia
Untuk itu, Bung Karno
sudah menyumbangkan jasa-jasanya yang besar dan berharga sekali, bukan
saja dengan meringkuk dalam penjara dan hidup di pembuangan di Ende
(Flores) dan Bengkulu, tetapi juga dengan melahirkan gagasan-gagasan
besarnya untuk bangsa, antara lain : Pancasila,Bhinneka Tunggal Ika,
NASAKOM, Panca Azimat Revolusi, Manipol, USDEK, BERDIKARI,
RESOPIM,TAVIP.
Gagasan-gagasan besarnya
atau pemikiran-pemikiran agungnya untuk bangsa ini masih dapat terus
disimak kembali oleh setiap orang dengan membuka halaman buku-bukunya
yang amat penting dan bersejarah seperti « Dibawah Bendera Revolusi »
dan « Revolusi Belum Selesai » atau buku-bukunya yang lain.
Bung Karno tokoh besar di dunia internasional
Dengan melihat kembali sejarah
perjuangan Bung Karno sebelum menjadi presiden dan juga selama jadi
presiden (sebelum dikhianatinya oleh Suharto) maka jelaslah bahwa tidak
ada pemimpin Indonesia lainnya yang mempunyai sosok yang sebesar dan
setinggi dirinya. Bung Karno adalah satu-satunya pemimpin bangsa yang
mumpuni dalam banyak hal yang berkaitan dengan kepentingan rakyat,
negara dan bangsa. Tidak ada orang lain yang bisa menandinginya apalagi
melebihinya !!!
Kebesaran atau keagungan
Bung Karno justru terletak di sini, yaitu cintanya yang tak terbatas
(dan sunugguh-sungguh !!!), kepada Indonesia, kepada rakyatnya, kepada
negaranya dan kepada bangsanya. Untuk itu pulalah ia telah selalu
mencurahkan segala-galanya dalam mendorong semua kekuatan bangsanya
untuk menjalankan revolusi terus-menerus dengan memegang teguh
ajaran-ajaran revolusionernya.
Tetapi, kebesaran dan
keagungan Bung Karno tidaklah terbatas di Indonesia saja, melainkan juga
menjangkau negara-negara lain di dunia, terutama di Asia-Afrika dan
Amerika Latin, dalam perjuangan melawan imperialisme (terutama AS). Ini
tercermin dalam prestasi besarnya untuk menyelenggarakan konferensi AA
di Bandung, kemudian GANEFO dan KIAPMA (Konferensi Internasional Anti
Pangkalan Militer Asing) di Jakarta, dan dukungannya kepada berbagai
gerakan-gerakan solidaritas Asia-Afrika (contoh : PWAA –Persatuan
Wartawan Asia-Afrika, OSRAA –Organisasi Setiakawan Rakyat Asia-Afrika,
KPAA –Konferensi Pengarang Asia-Afrika, KJAA –Konferensi Jurist
Asia-Afrika)
Itu semualah yang
membuat Bung Kano menjadi sosok internasional yang sejajar (bahkan juga
melebihi) tokoh-tokoh termashur seperti Kwame Nkrumah dari Ghana,
Nasser dari Mesir, Tito dari Yugoslavia, Nehru dari India, Ho Chi Min
dari Vietnam, dan Mao Tse-tung , Chou En-lai dari Tiongkok. Tidak ada
pemimpin Indonesia lainnya yang bisa mencapai kedudukan begitu tinggi
dan terhormat di bidang internasional. Suharto tidak, dan lain-lainnya
pun tidak ! Dan itu semua jugalah yang menjadikan Bung Karno sebagai
musuh nomor yang berbahaya sekali bagi kekuatan imperialis di dunia,
termasuk agen-agennya di Indonesia.
Pancasila adalah penjelmaan jiwa besar Bung Karno
Dalam berbagai kegiatan untuk
memperingati Hari Lahir Bung Karno kali ini pastilah banyak orang akan
ingat kepada Pancasila. Hal yang demikian adalah wajar-wajar saja,
bahkan sudah semestinya harus begitu, atau tidak bisa lain. Sebab,
Pancasila dan Bung Karno adalah satu, dan tidak bisa dipisahkan.
Pancasila adalah Bung Karno dan Bung Karno adalah juga Pancasila.
Pancasila adalah penjelmaan semua gagasan luhur dan agung Bung Karno
untuk rakyat, bangsa dan negara, Indonesia.
Oleh karena itu,
seseorang yang mau mengerti betul-betul isi atau jiwa Pancasila sudah
seharusnyalah mengerti betul-betul jiwa dan gagasan-gagasan agung Bung
Karno. Orang yang tidak mengerti, atau tidak mau mengerti,
gagasan-gagasan agung dan ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno, tidak
akan mengerti isi atau jiwa Pancasila. Dan karena itu pulalah kita
katakan bahwa orang-orang yang anti Bung Karno serta anti ajaran-ajaran
revolusionernya adalah dengan sendirinya anti Pancasila pula.
Dalam kaitan ini perlu
sama-sama kita ingatkan (dan juga amati ) bahwa gerakan besar-besaran
secara nasional untuk me-revitalisasi dan applikasi Pancasila yang
sedang dilancarkan dewasa ini haruslah dijalankan dengan isi atau jiwa
Pancasila yang asli, yaitu yang menurut gagasan agung dan ajaran-ajaran
revolusioner Bung Karno sendiri. Revitalisasi Pancasila tidak akan bisa
berhasil kalau dijalankan dengan cara-cara dan isi yang bertentangan
dengan ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno.
Ajaran-ajaran Bung Karno masih relevan sekarang ini
Ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno
adalah khazanah yang kaya sekali dengan petunjuk atau bimbingan dalam
perjuangan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, moral,
yang meliputi masalah-masalah pemerintahan, pendidikan, militer,
perjuangan melawan imperialisme, dan usaha untuk menciptakan sosialisme à
la Indonesia, di bawah bendera Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Banyak sekali dari
berbagai ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno itu yang masih relevan,
atau masih sesuai dengan kebutuhan situasi dewasa sini, baik yang
mengenai masalah dalam negeri maupun luarnegeri. Umpamanya, nation
building and character building, patriotisme kerakyatan, semangat gotong
royong, pemupukan rasa pengabdian kepada kepentingan rakyat, perjuangan
menentang imperialisme atau neo-liberalisme, perjuangan untuk
sosialisme à la Indonesia.
Di antara ajaran-ajaran
atau gagasan Bung Karno yang sudah mendapat pengakuan, penghormatan, dan
dukungan dari sebagian terbesar sekali rakyat Indonesia adalah
Pancasila. Tetapi bukanlah Pancasila model P4-nya rejim Orde Baru, yang
diselewengkan atau dipalsukan dan dipaksakan secara memuakkan selama
puluhan tahun. Pancasila-nya rejim militer Suharto adalah pada
hakekatnya anti-Pancasila yang asli, karena digunakan untuk mengkhianati
Bung Karno dan menghancurkan kekuatan revolusioner pendukung berbagai
politiknya, dan melumpuhkan golongan kiri yang dipelopori PKI.
Seluruh bangsa Indonesia,
mulai dari generasi para pejuang perintis kemerdekaan (termasuk yang
dipenjara pemerintahan kolonial Belanda dan dibuang ke Digul) sampai
kepada generasi yang berjuang untuk revolusi Agustus 45 -- dan juga
semua generasi-generasi yang akan datang ! -- mendapat karunia besar
dengan lahirnya Bung Karno, yang di kemudian harinya menyumbangkan
Pancasila (dan berbagai ajaran-ajaran revolusionernya yang lain) kepada
seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila adalah kiri dan anti neo-liberalisme
Pancasila yang lahir dari penggalian
atau penggagasan Bung Karno adalah satu ideologi pembimbing untuk
mempersatukan bangsa Indonesia yang majemuk,dan terdiri dari ratusan
suku bangsa, adat, agama dan aliran kepercayaan, dan berjumlah 240 juta
jiwa yang hidup di 17 000 pulau-pulau.
Ketika negara dan bangsa
kita sedang menghadapi kebobrokan dimana-mana dan berbagai penyakit
parah akibat ulah para maling berdasi dan penjahat (pejabat !!!) yang
menyalahgunakan hukum dan menginjak-injak rasa keadilan dan bersekongkol
dengan kepentingan asing (neo-liberalisme) maka ajaran-ajaran
revolusioner Bung Karno menghadapi kekuatan asing terasalah makin
diperlukan dewasa ini.
Untuk menghadapi itu
semualah Pancasila-nya Bung Karno merupakan senjata di tangan bangsa
kita. Sebab, menurut ajaran-ajaran Bung Karno Pancasila adalah kiri,
adalah progresif, adalah anti-imperialis, adalah senjata untuk
menciptakan masyarakat adil dan makmur, yaitu sosialisme à la Indonesia.
(Mengingat pentingnya
arti ungkapan Bung Karno bahwa Pancasila adalah kiri atau berjiwa
anti-imperialis dan pro-sosialisme, maka akan diusahakan adanya tulisan
tersendiri).
Untuk memperingati Hari
Lahir Bung Karno kali ini, tulisan ini ditutup dengan kutipan bait-bait
lagu Franky Sahilatua « Pancasila rumah kita » yang mempunyai arti yang
dalam dan juga mengandung pesan yang besar, yang antara lain berbunyi
sebagai berikut :
« Pancasila rumah kita, rumah untuk kita
semua. Nilai dasar Indonesia, rumah kita selamanya. Untuk semua
keluarga saling menyatu, untuk semua saling membagi. Pada setiap insan
sama dapat, sama rasa, oh Indonesiaku, oh Indonesiaku,” (kutipan
selesai)
Akhir kata, Bung Karno
telah lahir dan berjuang sepanjang hidupnya, dan sampai wafatnya ia
tetap setia dan memegang teguh kepada ajaran-ajarannya, antara lain
Pancasila. Bung Karno telah tiada, namun Pancasila tetap ada, dan untuk
selama-lamanya !
Paris, 4 Juni 2011
0 komentar
Posting Komentar