(Diketik
kembali untuk Situs Indo-Marxist dari
buku Yayasan ”Pembaruan” Jakarta 1961 dengan sedikit perubahan ejaan)
*
Adalah pepatah
yang terkenal yang berkata bahwa jikalau seandainya aksioma-aksioma ilmu-ukur
merugikan kepentingan-kepentingan manusia, maka pasti akan kiranya dibuat
usaha-usaha untuk menyangkalnya. Teori-teori ilmu alam yang merugikan
prasangka-prasangka lama dari lmu agama telah menimbulkan dan masih tetap
menimbulkan perlawanan yang paling gila. Tidak mengherankan karenanya, bahwa
ajaran Marx, yang langsung dipakai untuk membuka pikiran dan mengorganisasi klas
yang maju di dalam masyarakat modern, yang menunjukkan tugas-tugas klas ini dan
membuktikan penggantian yang tak terelakkan – karena perkembangan ekonomi –
dari sistim yang sekarang oleh tataaturan-tataaturan baru, tidak mengherankan
bahwa ajaran ini terpaksa memperjuangkan setiap langkah pada jalan kehidupannya.
Tak usah
berbicara tentang ilmu pengetahuan dan filsafat burjuis, yang secara birokratis
diajarkan oleh profesor-profesor birokratis untuk menumpulkan pikiran generasi
yang sedang naik dan yang berasal dari klas-klas berada, dan “melatih”nya
melawan musuh-musuh dalam dan luar. Ilmu pengetahuan ini bahkan tidak mau dengar
tentang Marxisme, dengan menyatakan bahwa Marxisme itu telah disangkal dan
dimusnahkan; baik sarjana-sarjana muda yang sedang membangun karier mereka
dengan menyangkal Sosialisme, maupun orang-orang tua jompo yang tetap memelihara
tradisi-tradisi dari segala macam “sistim” usang, , menyerang Marx dengan
semangat yang sama. Kemajuan Marxisme dan kenyataan bahwa ide-idenya sedang
meluas dan mencengkam kuat-kuat di tengah-tengah klas buruh dengan tak
terelakkan menimbulkan semakin
sering dan semakin meruncingnya serangan-serangan burjuis ini terhadap Marxisme,
yang hanya menjadi lebih kuat, lebih tergembleng dan lebih berdaya hidup setiap
kali ia “dimusnahkan” oleh ilmu pengetahuan resmi.
Akan tetapi
juga di anatra doktrin-doktrin yang bertalian dengan perjuangan klas buruh dan
yang tersebar terutama di kalangan proletariat, Marxisme samasekali tidak
mengkonsolidasi kedudukannya dengan segera. Dalam setengah abad pertama dari
eksistensinya (dari tahun-tahun
40-an abad XIX dan selanjutnya) Marxisme terlibat dalam memerangi teori-teori
yang secara fundamentil bermusuhan dengannya.
Dalam pertengahan pertama tahun-tahun 40-an
Marx dan Engels telah berhasil membuat perhitungan dengan kaum Hegelian
Muda 1 radikal yang
memegang pendirian idealisme filsafat. Pada akhir tahun-tahun 40-an perjuangan
memasuki lapangan doktrin-doktrin ekonomi, yaitu menentang Proudhonisme 2.
Tahun-tahun limapuluhan menyaksikan penyudahan perjuangan ini: kritik terhadap
partai-partai dan doktrin-doktrin yang menyatakan diri dalam tahun 1848 yang
membadai itu. Dalam tahun-tahun 60-an perjuangan dialihkan dari bidang teori umu
ke suatu bidang yang lebih dekat pada gerakan buruh yang langsung:
dikeluarkannya Bakuninisme dari Internasionale 3. Pada permulaan tahun-tahun 70-an mimbar ditempati
untuk waktu yang singkat oleh seorang Proudhonis, Mülberger, dan dalam akhir
tahun-tahun 70-an – oleh seorang positivis Dühring 4. Akan tetapi pengaruh ke dua-duanya terhadap
proletariat sudah samasekali tak berarti. Marxisme sudah mendapatkan kemenangan
yang tak tersangkal atas segala ideologi lainnya dalam gerakan buruh.
Menjelang tahun-tahun 90-an abad yang lalu
kemenangan ini pada pokoknya sudah dilengkapkan. Bahkan di negeri-negeri Latin,
di mana tradisi-tradisi Proudhonisme bertahan paling lama dari semuanya,
partai-partai kaum buruh dalam kenyataannya mendasarkan program-program serta
taktiknya atas dasar Marximse. Organisasi internasional yang dihidupkan kembali
dalam gerakan buruh – dalam bentuk kongres-kongres internasional berkala –
sejak semula, dan hampir tanpa perjuangan, menerima pendirian Marxisme
menyingkirkan segala doktrin yang sedikit banyaknya integral dan yang bermusuhan
dengannya, tendensi-tendensi yang menyatakan diri di dalam doktrin-doktrin itu
mulai mencari saluran-saluran lain. Bentuk-bentuk dan motif-motif perjuangan
telag berubah, akan tetapi perjuangan berlangsung terus. Dan setengah abad
kedua dari eksistensi Marxisme dimulai ( dalam tahun-tahun 90-an abad
yang lalu) dengan perjuangan dari suatu aliran yang bermusuhan terhadap Marxisme
di dalam Marxisme.
Bernstein, pada
suatu masa seorang Marxis ortodoks, memberikan namanya kepada aliran ini 5,
dengan membuat paling banyak ribut, tampil dengan pernyataan amandemen-amandemen
yang paling integral terhadap Marx, dengan peninjauan kembali terhadap Marx,
dengan revisionisme. Bahkan di Rusia, dimana, karena keterbelakangan ekonomi
negeri dan dominasi penduduk tani
yang ditekan oleh peninggalan-peninggalan sistim perhambaan, Sosialisme non
Marxis barang tentu telah bertahan paling lama dari semuanya; bahkan di Rusia ia
dengan jelas, di depan mata kita, sedang tumbuh menjadi revisionisme. Baik dalam persoalan agraria (program munisipalisasi semua
tanah), maupun dalam persoalan-persoalan umum mengenai program serta taktik,
kaum Sosial-Narodnik 6
kita makin lama makin menggantikan sisa-sisa sistim lama yang sedang melaju dan
lenyap, yang dengan caranya sendiri adalah integral dan secara fundamentil
bermusuhan dengan Marxisme, dengan “amandemen-amandemen” terhadap Marx.
Sosialisme pra-Marx
telah dihancurkan. Ia meneruskan perjuangan sudah bukan lagi di atas dasarnya
sendiri yang bebas, akan tetapi di atas dasar umum Marxisme – sebagai
revisionisme. Maka, marilah kita tinjau isi ideologi dari revisionisme.
Dalam lapangan
filsafat revisionisme mengekor “ilmu pengetahuan” keprofesoran burjuis. Para
profesor itu, kembali kepada Kant” – dan revisionisme merangkak di belakang
kaum neo-Kantian 7 itu; para profesor mengulang-ulangi
barang-barang vulger yang telah diucapkan oleh pendeta-pendeta beribu-ribu kali
terhadap meterialisme filsafat – dan kaum revisionis, dengan tersenyum sombong,
berkomat-kamit (kata demi kata menurut Handbuch* terbaru) bahwa materialisme
telah “disangkal” sudah sejak lama. Para profesor memperlakukan Hegel 8
sebagai “anjing mati”
9, dan, sambil sendiri mengkhotbahkan idealisme, hanya
idealisme yang seribu kali lebih dangkal dan vulger daripada idealisme Hegel,
mereka dengan menghinakan mengangkat bahu terhadap dialektika – dan kaum
revisionis merangkak mengikuti mereka ke dalam rawa vulgerisasi ilmu pengetahuan
secara filsafat, menggantikan dialektika yang “penuh akal” (dan revolusioner)
dengan “evolusi” yang “sederhana” (dan tenang). Para Profesor menutupi
pembayaran gaji resmi mereka dengan menyesuaikan baik sistim-sistim idealis,
maupun sistim-sistim “kritis” mereka dengan “fislsafat” Zaman Tengah
yang sedang berkuasa (yaitu dengan ilmu agama) – dan kaum revisionis mendekat
pada mereka dan berusaha menjadikan agama suatu
“persoalan pribadi”, bukan dalam hubungan dengan negara modern,
melainkan dalam hubungan dengan partai dari klas yang maju.
Apa arti klas
sesungguhnya dari “amandemen-amandemen” terhadap Marx seperti itu, tidaklah
perlu disebut – itu jelas dengan sendirinya. Kami semata-mata akan mencatat
bahwa satu-satunya Marxis di dalam gerakan Sosial-Demokratis internasional, yang
mengkritik dari titikpandangan materialisme dialektik yang konsekwen hal-hal
vulger yang tak masuk akal, yang diucapkan oleh kaum revisionis, adalah
Plekhanov 10. Ini mesti
ditekankan semakin tegas lagi, karena usaha-usaha yang samasekali keliru sedang
dibuat di zaman kita ini untuk menyelundupkan rombengan filsafat lama dan
reaksioner di bawah kedok kritik terhadap oportunisme taktis Plekhanov**.
Melangkah
kepada ekonomi politik, pertama-tama mesti dicatat, bahwa
“amandemen-amandemen” kaum revisionis dalam lapangan ini adalah jauh lebih
beranekaragam dan sampai ke garis-garis kecilnya; diadakan usaha-usaha untuk
mempengaruhi publik dengan mengemukakan “bahan-bahan baru mengenai
perkembangan ekonomi”. Dikatakan
bahwa konsentrasi dan didesaknya produksi kecil-kecilan oleh produksi
besar-besaran samasekali tidak terjadi dalam pertanian, sedangkan dalam lapangan
perdagangan dan industri hal itu berlangsung dengan sangat lambat. Dikatakan
bahwa krisis-krisis ini telah menjadi lebih jarang dan dengan kekuatan yang
berkurang, dan bahwa kartel-kartel dan trust-trust meungkin akan membuat kapital
mampu meniadakan krisis-krisis samasekali. Dikatakan bahwa “ teori keruntuhan”
ke mana kapitalisme sedang menuju adalah tidak beralasan, karena
antagonisme-antagonisme klas cenderung menjadi lebih lunak dan kurang tajam.
Dikatakan akhirnya, bahwa tidaklah salah untuk mengoreksi teori nilai Marx
sesuai dengan Böhm-Bewrk 12.
Perjuangan
melawan kaum revisionis mengenai persoalan-persoalan ini menghasilkan suatu
kehidupan kembali pikiran teoritis dari Sosialisme internasional yang sama
bermanfaatnya seperti yang ditimbulkan oleh polemik
Engels dengan Dühring duapuluh tahun lebih dulu. Argumen-argumen kaum
revisionis dianalisa dengan bantuan fakta-fakta dan angka-angka. Dibuktikan
bahwa kaum revisionis secara sistimatis memulasi produksi kecil-kecilan modern.
Kenyataan keunggulan teknis dan komersiil dari produksi besar-besaran atas
produksi kecil-kecilan bukan saja dalam industri, melainkan juga dalam pertanian,
dibuktikan oleh bahan-bahan yang tak tersangkal. Akan tetapi produksi
barangdagangan jauh kurang berkembang dalam pertanian, dan ahli-ahli statistik
srta ekonomi masa kini, biasanya, tidaklah begitu pandai dalam memilih
cabang-cabang khusus (kadang-kadang bahkan operasi-operasi khusus) dalam
pertanian yang menunjukkan bahwa pertanian secara progresif sedang ditarik ke
dalam pertukaran ekonomi dunia.
Produksi kecil-kecilan mempertahankan diri di atas reruntuhan ekonomi alamiah
dengan memburuknya makanan secara terus
menerus , dengan kelaparan yang
kronis, dengan memanjangnya hari-kerja, memburuknya kwalitas ternak dan
pemeliharaan yang diberikan kepada ternak, pendek kata, persis dengan
metode-metode dengan mana produksi kerajinan-tangan pernah mempertahankan diri
terhadap manufaktur kapitalis. Setiap langkah maju dalam ilmu-pengetahuan dan
teknik tak dapat tidak dan dengan takkenalampun menggerowoti dasar-dasar
produksi kecil-kecilan dalam masyarakat kapitalis, dan adalah tugas ekonomi
politik Sosialis untuk menyelidiki proses ini dalam segala bentuknya yang
seringkali rumit dan ruwet, untuk membuktikan kepada si produsen-kecil
ketidakmungkinan baginya mempertahankan diri di bawah kapitalisme,
ketakberpengharapan usaha pertanian kaum tani di bawah kapitalisme, dan
keharusan si-petani mengambil pendirian proletar. Mengenai persoalan ini kaum
revisionis berdosa, dari sudut pendirian ilmiah, karena dengan secara dankal
menggeneralisasi fakta-fakta yang dipilih secara sepihak, tanpa dalam
hubungannya dengan seluruh sistim kapitalisme; sedangkan dari sudut pendirian
politik mereka dengan takterelakkan, apakah mereka ingini atau tidak, mengundang
atau mendesak si-petani untuk menerima pandangan si-majikan (yaitu, pandangan
burjuis) sebagai ganti mendesaknya untuk menerima pandangan si-proletar
revolusioner.
Kedudukan
revisionis bahkan lebih jelek lagi sejauh mengenai teori krisis-krisis dan teori
keruntuhan. Hanya untuk jangka waktu yang paling pendek, dan hanya orang-orang
yang paling pendek-pandangannya, dapat berfikir tentang membentuk kembali
dasar-dasar ajaran Marx karena kenaikan industri dan kemakmuran selama beberapa
tahun. Kenyataan riil sangat segera membuat jelas kepada kaum revisionis
bahwa krisis-kriris bukanlah sesuatu dari zaman lampau: krisis-kriris
datang setelah kemakmuran. Bentuk-bentuk, urutan, gambaran dari krisis-kriris
tertentu berubah, akan tetapi krisis-krisis tetap merupakan suatu komponen yang
tak terelakkan dari sistim kapitalis. Sambil mempersatukan produksi,
kartel-kartel dan trust-trust, apada waktu yang sama dan di mata umum, terus
memperhebat anarki produksi, keadaan tidak terjaminnya penghidupan proletariat,
dan penindasan kapital, dan dengan demikian memperuncing antagonisme-antagonisme
klas hingga tingkat yang belum terdapat sebelumnya. Bahwa kapitalisme sedang
bergerak menuju keruntuhannya – baik dalam arti krisis politik dan ekonomi
sendiri-sendiri, maupun dalam arti keruntuhan selengkapnya dari seluruh sistim
kapitalis – ini telah dibuat terutama jelas, dan dalam ukuran yang terutama
luas, justru oleh trust-trust raksasa yang paling modern itu. Krisis keuangan
baru-baru ini di Amerika dan peningkatan yang mengerikan dari pengangguran di
seluruh Eropa, untuk tidak berkata apa-apa tentang krisis industri yang sedang
mengancam dan yang sedang dibuktikan oleh
banyak tanda-tanda – semua ini telah menyebabkan bahwa “teori-teori” kaum
revisionis yang belum lama ini kini dilupakan oleh setiap orang, bahkan,
nampaknya, oleh banyak dari kaum revisionis itu sendiri. Akan tetapi
pelajaran-pelajaran, yang kegoyangan kaum intelek ini telah berikan kepada klas
buruh, tidak boleh dilupakan.
Mengenai teori
nilai, hanya perlua dikatakan, bahwa selain dari sindiran-sindiran dan
kerinduan-kerinduan yang sangat samar-samar akan Böhm-Bawerk, kaum revisionis
di sini samasekali tidak menyumbangkan apa-apa, dan oleh karena telah tidak
meninggalkan bekas-bekas apapun dalam perkembangan pikiran ilmiah.
Dalam lapangan
politik, revisionisme memang benar-benar coba merevisi dasar Marxisme, yaitu,
ajaran tentang perjuangan klas. Kebebasan politik, demokrasi dan hak pilih umum
menghilangkan dasar untuk perjuangan klas – dikatakan pada kita – dan
menjadikan tidak benar ketentuan lama dari Manifes
Komunis bahwa kaum buruh tidak mempunyai tanahair. Sekali yang berkuasa di
bawah demokrasi ialah “kehendak mayoritas”, katanya, maka orang tidak boleh
menganggap negara sebagai alat kekuasaan klas, ataupun menolak persekutuan
dengan burjuasi progresif, sosial-reformis, untuk melawan kaum reksioner.
Tidak dapat
diperbantahkan, bahwa keberatan-keberatan kaum revisionis ini membentuk suatu
sistim pandangan yang cukup harmonis, yaitu, pandangan-pandangan burjuis-liberal
yang lama dan dikenal baik itu. Kaum liberal selalu telah berkata, bahwa
parmenterisme burjuis meniadakan klas-klas dan pembagian-pembagian atas
klas-klas, sekali hak memberikan suara dan hak ikutserta dalam urusan-urusan
negara sama dipunyai oleh semua warganegara tanpa perbedaan.
Seluruh sejarah Eropa dalam bagian kedua abad XIX, dan seluruh sejarah
revolusi Rusia pada permulaan abad XX, dengan jelas sekali menunjukkan betapa
takmasukakalnya pandangan-pandangan seperti itu. Perbedaan-perbedaan ekonomi
tidak diperlunak, melainkan diperhebat dan dipertajam di bawah kebebasan
kapitalisme “demokrasi”. Parlementerisme tidak menghilangkan, melainkan
menelanjangi hakekat republik-republik burjuis, biarpun yang paling demokratsi,
sebagai alat-alat penindasan klas. Dengan membantu membuka pikiran dan
mengorganisasi massa penduduk yang tak terukur lebih luas daripada yang dulu
ambil bagian aktif dalam peristiwa-peristiwa politik, dengan ini parlementerisme
menyiapkan bukan meniadakan krisis-kriris dan revolusi-revolusi politik,
melainkan penajaman yang maksimum dari perang sipil selama revolusi-revolusi
seperti itu. Peristiwa-peristiwa di Paris dalam musimsemi tahun 1871 dan
peristiwa-peristiwa di Rusia dalam musimdingin tahun 1905 13
menunjukkan sejelas-jelasnya bagaimana takterelakkan terwujudnya penajaman ini.
Burjuasi Perancis, tanpa keragu-raguan sesaatpun, membuat persekongkolan dengan
musuh seluruh nasion, dengan tentara asing, yang telah merusak tanahairnya,
dengan maksud menindas gerakan proletar. Barang siapa yang tidak memahami
dialektika-inter yang tak terelakkan dari parlementerisme dan demokrasi burjuis,
dan yang mengakibatkan penyelesaian perselisihan-perselisihan dengan kekerasan
massal yang lebih tajam lagi dibandingkan dengan zaman-zaman yang lampau, maka
ia kapanpun tidak akan mampu di atas dasar parlementerisme ini menjalankan
propaganda dan agitasi yang tegas dalam prinsipnya dan yang sungguh-sungguh
mempersiapkan massa klas buruh untuk ikutserta dengan jaya dalam
“perselisihan-perselisihan” seperti itu. Pengalaman persekutuan-persekutuan,
persetujuan-persetujuan dan blok-blok dengan kaum liberal sosial-reformis di Barat,
dengan kaum reformis liberal (Kadet 14)
dalam revolusi Rusia,secara meyakinkan memperlihatkan bahwa
persetujuan-persetujuan ini hanya menumpulkan kesadaran massa, dengan tidak
memperkuat melainkan memperlemah
artipenting yang sebenarnya dari perjuangan mereka, dengan merangkaikan para
pejuang dengan elemen-elemen yang paling tidak mampu berjuang, yang paling
goyang dan khianat. Millerandisme15
Perancis yang merupakan percobaan yang paling besar dalam mentrapkan taktik
revisionis dalam skala luas, benar-benar nasional, telah menyajikan suatu
penilaian praktis yang demikian dari revisionisme, hingga ini kapanpun tak akan
dilupakan oleh proletariat di seluruh dunia.
Suatu pelengkap
yang wajar bagi kecenderungan-kecenderungan ekonomi dan politik dari
revisionisme adalah sikapnya terhadap tujuan terakhir dari gerakan Sosialis.
"“erakan adalah segala-galanya, tujuan terakhir adalah nihil”, --
kata-kata bersayap dari Bernstein ini menyatakan intisari revisionisme lebih
baik daripada banyak pertimbangan yang panjang lebar. Menentukan tingkahlaku
dari satu kejadian ke kejadian lain, menyesuaikan diri dengan
peristiwa-peristiwa hari ini, dengan pembelokan-pembelokan politik yang
remeh-temeh, melupakan kepentingan-kepentingan pokok dari proletariat,
ciri-ciiri pokok dari sistim kapitalis sebagai keseluruhan dan evolusi kapitalis
sebagai keseluruhan, mengorbankan kepentingan-kepentingan pokok ini demi
keuntungan-keuntunga sesaat yang sungguh-sungguh atau yang dikira-kirakan saja
– demikianlah politik revisionisme. Dari intisari politik itu sendiri dengan
terang tersimpul suatu kenyataan bahwa politik ini mungkin mengambil
bentuk-bentuk yang tak terbatas variasinya dan bahwa setiap persoalan yang
sedikitbanyaknya “baru”, setiap pembelokan peristiwa-peristiwa yang sedikit
banyaknya tidak terduga dan tidak terkira sebelumnya, bahkan sekalipun
pembelokan ini mungkin mengubah garis pokok perkembangan hanya dengan ukuran
yang tidak berarti samasekali dan hanya untuk jangkawaktu paling pendek, selalu
dengan takterelakkan akan menimbulkan satu atau lain variasi revisionisme.
Tak
terelakkannya revisionisme ditentukan oleh akar-akar klasnya dalam masyarakat
modern. Revisionisme adalah suatu fenomena internasional. Tidak ada seorang
Sosialis-pun yang sedikit saja mengetahui dan berpikir, yang dapat sedikitpun
mempunyai keraguan, bahwa hubungan antara kaum ortodoks 16
dan kaum Bernsteinian 17 di Jerman, antara kaum Guesdeis dan
kaum Jaurèsis (dan kini teristimewa kaum Brousis)18 di Perancis, antara Federasi Sosial-Demokratis dan
Partai Buruh Merdeka19 di
Inggeris, antara penganut-penganut Brouckère dan penganut-penganut Vandervelde20
di Belgia, antara kaum Intergralis21
dan Reformis di Italia, dan antara kaum Bolsyewik dan kuam Mensyewik22
di Rusia, di mana-mana pada hakekatnya adalah sejenis, sekalipun perbedaan
raksasa dalam syarat-syarat nasional dan faktor-faktor historis dalam keadaan
kini dari semua negeri ini. Pada hakekatnya “pembagian” di dalam gerakan
Sosialis internasional dewasa ini sudah sekarang sedang berlangsung sepanjang satu garis dipelbagai negeri di dunia, hal mana menjadi saksi atas
kemajuan dahsyat dibandingkan dengan tigapuluh atau empat puluh tahun yang lalu,
ketika diberbagai-bagai negeri, di dalam gerakan Sosialis internasional yang
bersatu, berjuang satu sma lain kecenderungan-kecenderungan yang tidak sama
jenisnya. Dan “revisionisme dari Kiri”, yang di negeri-negeri Latin telah
mengambil bentuk “sindikalisme revolusioner”23, juga sedang menyesuaikan diri dengan Marxisme sambil
“memperbaiki”nya: Labriola di Italia dan Lagardelle di Perancis24
seringkali dan di mana-mana mengadu tentang Marx yang salah mengerti, kepada
Marx yang dipahami secara tepat.
Kami tidak
dapat berhenti di sini untuk menganalisa isi ideologi dari revisionisme ini, yang jauh masih belum berkembang sampai ketingkat perkembangan
revisionisme oportunis, belum menjadi internasional, belum mengalami percobaan
pertempuran praktis yang besar satupun dengan suatu partai Sosialis bahkan di
satu negeri. Kami, oleh karenanya, akan membatasi diri pada “revisionisme dari
Kanan” yang digambarkan di atas.
Di dalam hal
apa terletak ketidakterelakkannya revisionisme itu di dalam masyarakat kapitalis?
Apa sebabnya ia lebih mendalam daripada perbedaan-perbedaan tentang
kekhususan-kekhususan nasional dan tingkat-tingkat perkembangan kapilais? Sebab
di sembarang negeri kapitalis, berdampingan dengan proletariat, selalu ada
lapisan-lapisan luas burjuasi kecil, majikan-majikan kecil. Kapitalisme telah
lahir dan terus-menerus lahir dari produksi kecil-kecilan. Sejumlah
“lapisan-lapisan tengah” yang baru lagi dengan takterelakkan terus
diciptakan oleh kapialisme (tukang-tukang yang melakukan pekerjaan tambahan pada
pabrik, yang bekerja di rumah, di bengkel-bengkel kecil yang bertebaran di
seluruh negeri karena kebutuhan-kebutuhan industri-industri besar, seperti
umpamanya industri-industri sepeda dan mobil, dst.). Produsen-produsen kecil
yang baru ini sama juga dengan tak terelakkan dilemparkan ke dalam
barisan-barisan proletariat. Sangatlah wajar bahwa ini harus demikian, dan itu
akan selalu demikian sampai dengan peristiwa-peristiwa yang meruncing dari
revolusi proletar, karena akan merupakan suatu kesalahan yang mendalam untuk
mengira bahwa pelaksanaan
revolusi-revolusi semacam ini memerlukan sautu proletarisasi “lengkap” dari
matoritas penduduk. Apa yang kini seringkali kita alami
hanya dalam lapangan ideologi – pertengkaran-pertengakaran melawan
amanademen-amandemen teoritis terhadap Marx – apa yang kini muncul dalam
kenyataan hanya mengenai persoalan-persoalan sebagian-sebagian secara
sendiri-sendiri dari gerakan buruh, sebagai perselsihan-perselisihan taktis
dengan kaum revisionis dan perpecahan-perpecahan atas dasar ini, semuanya ini
klas buruh pasti akan terpaksa alami dalam ukuran yang tak terbandingkan lebih
besar, ketika revolusi proletar mempertajam segala masalah sengketa, memusatkan
semua perselisihan pada soal-soal yang mempunyai arti penting paling segera
dalam menentukan sikap massa, dan memaksa orang di dalam api pertempuran untuk
membedakan musuh-musuh dari kawan-kawan, melempar keluar sekutu-sekutu yang
buruk, supaya memberikan pukulan-pukulan yang menentukan terhadap musuh.
Perjuangan
ideologi yang dilancarkan oleh kaum Marxis terhadap revisionisme pada akhir abad
XIX hanyalah merupakan suatu ambang pintu pertempuran-pertempuran revolusioner
besar dari proletariat yang sedang berbaris maju ke arah kemenangan lengkap dari
cita-citanya, kendatipun segala kegoyangan dan kelemahan kaum filistin.
0 komentar
Posting Komentar