Gerakan Kiri

Revolusi Indonesia

Senin, 10 November 2014

Menabuh Genderang Revolusi: Semaun Bapak Serikat Pekerja Indonesia

Jelas orang seperti Semaun bukanlah orang biasa, dia mulai aktif di Sarekat Islam pada usia 14 tahun dengan pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD). Seorang jenius, anak seorang tukang batu, yang tidak dapat mencapai pendidikan tinggi karena kemiskinan.
Pada 1915 baru seorang Sneevliet yang melihat potensi dari seorang Semaun yang mengajaknya masuk dalam ISDV tepatnya pada usia beliau 15 tahun. Dalam waktu singkat Semaun menjadi pemimpin berpengaruh di ISDV yang masih merupakan organisasi politik gabungan antara orang Belanda dan pribumi. Semaun adalah anggota termuda dalam ISDV yang ahli dalam jurnalistik dan propaganda tulisan. Semaun juga seorang organisatoris yang handal. Beliau mencatat keberhasilan beberapa aksi mogok untuk memenuhi tuntutan pekerja seperti mogok tahun 1918 pada pekerja industri mebel dan mogok tahun 1920 pada pekerja industri cetak. Pada usia 17 tahun, Semaun sudah menjadi anggota dewan pimpinan Sarekat Islam, ISDV, juga menjadi organisator utama pemogokan di pulau Jawa.1
Semaun dan generasi Angkatan Legenda Komunis Indonesia berperan besar menetapkan nama Indonesia secara resmi dalam gerakan politik, bahkan sebelum Sumpah Pemuda 1928. Partai Komunis Hindia diubah menjadi Partai Komunis Indonesia. Beberapa tahun setelah penggunaan istilah Indonesia oleh PKI yang didirikan Angkatan Legenda Komunis Indonesia maka diselenggarakan kongres pemuda seluruh Nusantara 1928 yang terkenal dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda lahir atas perkembangan kondisi-kondisi materil pada masa itu mengacu pada perkembangan perjuangan di Indonesia dan perubahan strategi politik setelah kegagalan pemberontakan kepada Belanda tahun 1926 yang dipimpin PKI.
Pendirian VSTP selain karena faktor intern, yaitu kekecewaan terhadap SS Bond, juga karena faktor ekstern yaitu Revolusi Proletariat di Rusia yang dipimpin Partai Bolshevik. Pendirian serikat-serikat pekerja dengan panduan aksi berupa Marxisme terbukti ampuh merangsang orang-orang Indonesia mendirikan serikat-serikat pekerja. Semenjak meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia, para pemimpin VSTP yang menggunakan Marxisme—terlepas dari aliran seperti Baars, Bergsma, Darsono, Dahler—termasuk Semaun dan Sneevliet, mendirikan ISDV (Indisch Sociaal-Democratische Vereeniging) sebagai partai politik. Seiring waktu, termasuk juga dengan adanya perkembangan taktik dan strategi dari Lenin-Trotsky, para pemimpin kiri moderat memisahkan diri dan mendirikan ISDP (Indisch Sociaal-Democratische Partij).2 ISDV akhirnya didominasi para pemimpin dengan panduan Marxisme-Leninisme. Fenomena yang terjadi di Hindia Belanda juga terjadi di seluruh dunia akibat tidak tercapainya keselarasan antara warisan International ke-2 dengan International ke-3. Semaun dan kawan-kawannya menamakan diri secara resmi sebagai komunis sedangkan ISDP tetap kaum sosialis.
Kepergian Sneevliet atas pemberontakan yang gagal pada tahun 1917 tidak lama setelah revolusi Bolshevik (Rusia 1917) menjadikan Semaun sepenuhnya memimpin pergerakan kaum sosialis maupun komunis di Nusantara. Pemberontakan Sneevliet bertumpu pada kekuatan Angkatan Laut Kerajaan Belanda di Surabaya. Kegagalan pemberontakan ini mengakibatkan para prajurit Angkatan Laut dihukum puluhan tahun penjara dan Sneevliet diusir dari Nusantara tahun 1918. Sementara Semaun memimpin Nusantara, Sneevliet tetap aktif di Belanda. Sneevliet mendirikan RSP (Revolutionair Socialistische Partij) dan berubah nama menjadi RSAP (Revolutionair Socialistische Arbeiders Partij) setelah bergabung dengan OSP. RSAP pada tahun 1933 tergabung pada International Communist League yang mengacu pada Trotskyisme. Sneevliet sampai terakhir perjuangannya menentang kebijakan Stalinisme, Sosialisme Demokrat, juga NAZI. Pada tanggal 12 April 1942 Sneevliet dieksekusi Tentara Pendudukan NAZI sambil menyanyikan lagu The Internasionale. 3
Pertentangan serikat-serikat pekerja-PKI-SI dengan pemerintah kolonial Belanda menjadi terbuka pada tahun 1920. Pada saat itu pemogokan besar terjadi di pabrik-pabrik gula. Para pemilik pabrik meminta bantuan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda langsung menerbitkan hukum larangan pemogokan. Pada tahun 1921 terjadi pemogokan pekerja pelabuhan Surabaya atas kondisi kerja yang memprihatinkan. Pada tahun 1922 terjadi pemogokan pekerja rumah-rumah pegadaian pemerintah. Pemogokan rumah pegadaian dijawab pemerintah dengan memecat semua pegawai yang mogok. Tan Malaka dan Bergsma berperan besar dalam mengorganisasi kampanye finansial guna mendukung seribu lebih pemogok yang dipecat. Karena kegiatan Tan Malaka yang mementahkan strategi
pemerintah Belanda maka Tan Malaka ditangkap dan diusir.
Pada tahun 1923, Pemerintah Hindia Belanda memotong gaji pegawai negeri dan perusahaan-perusahaan milik negara. Atas aksi pemerintah dalam melakukan penghematan itu maka VSTP dibawah pimpinan Semaun menyelenggarakan pertemuan-pertemuan serikat-serikat pekerja di seluruh Nusantara. Semaun mengupayakan pembicaraan dengan pihak manajemen perusahaan kereta api tetapi tidak membuahkan hasil hingga akhirnya Semaun menyerahkan keputusan atas jawaban buruh/pekerja kepada anggota-anggota grass root (akar rumput) serikat-serikat pekerja. Keputusan para anggota serikat buruh akar rumput adalah pemogokan. Akhirnya Semaun mengapresiasi dengan menerapkan strategi pemogokan.1
Strateginya adalah pemogokan dilakukan seketika para pemimpin VSTP ditangkap polisi. Benar saja begitu VSTP mengumumkan pemogokan, para pemimpinnya langsung ditangkapi polisi. Pemogokan yang diorganisasi Semaun di Pulau Jawa dihancurkan oleh Pemerintah Kolonial dalam waktu satu bulan. Semaun ditangkap tanpa pengadilan dan diberikan pilihan untuk meninggalkan Hindia Belanda atau ditahan dalam kamp konsentrasi di pulau yang jauh. Setelah kepergian sang legenda Tan Malaka maka pergilah juga sang legenda Semaun yang pada usia 17 tahun sudah memimpin serikat pekerja dan pelopor serikat-serikat pekerja kepunyaan orang Indonesia sendiri. Semaun bermukim di Belanda hingga akhirnya menetap di Moskow, Rusia.2
Tidak adanya titik temu antara kepentingan Pemerintah Kolonial Belanda dengan serikat-serikat pekerja menyebabkan PKI turun tangan. Dengan diusirnya Tan Malaka dan Semaun sebagai Angkatan Pendiri PKI maka pada tahun 1924 PKI merancang penguatan ide-ide Marxisme–Leninisme dalam serikat-serikat pekerja di Hindia Belanda. Rancangan itu juga mensinergikan gerakan serikat buruh di Indonesia dengan dunia internasional, dan kepemimpinan di dalam negeri diambil alih oleh Musso. Semenjak tahun 1925 seiring semakin gencarnya pemogokan yang melatih class struggle dalam teori Marxis, serikat-serikat pekerja di Indonesia mendirikan Sekretariat Serikat-Serikat Buruh Merah Indonesia yang menjadi anggota dalam konferensi Profintern di Moskow.
Pada tahun 1926 pecah pemberontakan di Jawa dan Sumatera. Pemberontakan ini sendiri tidak terencana dengan baik dan masih mengalami pertentangan pendapat diantara anggota PKI sendiri. Pertentangan itu terutama antara kubu Musso dengan kubu Tan Malaka, kebetulan Tan Malaka sedang di luar Hindia Belanda juga sebagai Pemimpin International Komunitern Asia.3 Tan Malaka sudah memprediksikan pemberontakan akan mengalami kekalahan dan berakibat buruk pada masa depan pergerakan PKI. Pemberontakan dengan watak nasional pertama kepada Pemerintah Kolonial itu gagal. Untuk mencegah gangguan-gangguan di masa depan, pemerintah Belanda menyatakan PKI dan semua organisasi yang dipengaruhi ide-ide sosialis atau komunis terlarang.
Pelarangan itu juga dilanjutkan dengan pembatasan-pembatasan atas hak berkumpul, berhimpun, kebebasan pers, berbicara, yang secara sepenuhnya mematikan aksi revolusioner. Kegagalan ini menyebabkan Musso dan Alimin pergi dari Hindia Belanda. Musso akhirnya menetap di Moskow karena tidak bisa kembali ke Nusantara. Kegiatan-kegiatan yang diorganisasi PKI menyebabkan pemerintah Hindia Belanda melumpuhkan serikat-serikat pekerja ,tidak peduli sosialis atau komunis atau berafiliasi dengan PKI. Intinya pemerintah Belanda melumpuhkan semua organisasi dan partai dengan azas atau strategi mirip-mirip komunis dan sosialis.
Semenjak kegagalan pemberontakan tahun 1926 yang tidak matang dan gagal itu maka Hatta secara langsung meminta penyerahan kepemimpinan pergerakan di Nusantara. Semaun akhirnya menandatangani surat penyerahan kepemimpinan pergerakan di Indonesia kepada Hatta dan generasinya yang dilakukan di Belanda. Semenjak itu seolah terdapat legitimasi bahwa pergerakan nasional dilakukan melalui propaganda dan taktik baru, yaitu dengan agitasi-agitasi nasionalistik.4 Periode 1927-1945 melahirkan legendanya yaitu Soekarno, Hatta, Syahrir, dan Syarifuddin Harahap.
Sekalipun demikian penyerahan Semaun kepada kepemimpinan generasi junior dengan strategi propaganda nasionalistik tidak diterima oleh Tan Malaka. Demikian juga Stalin meminta Semaun membatalkan itu tetapi sudah terlambat, surat penyerahan kepemimpinan pergerakan pejuang sudah sampai ke Hindia Belanda. Hatta menganggap Tan Malaka yang tidak dapat menerima penyerahan kepemimpinan kepada generasi junior karena Tan Malaka tidak percaya pada kemampuan junior-juniornya. Hatta memandang Tan Malaka memperlakukan dirinya dan generasinya sebagai anak kecil.5 Akibat penyerahan Semaun ini, barisan massa, pejuang, juga buruh di dalam negeri banyak masuk kepada organisasi-organisasi yang didirikan generasi baru itu, sebab PKI pun beroperasi di bawah tanah dan menemukan koordinasinya pada Partai Sosialis yang dibuat Syahrir dan Syarifuddin Harahap. Mereka berjalan dengan taktik dan strategi baru untuk meminimalisasi aksi pelumpuhan yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

0 komentar

Posting Komentar