Komentar Roeslan, 16 Agustus 2006
Wiranto adalah pengikut setia dan selalu
siap bersedia melindungi keselamatan dan kekayaan Jendral TNI AD
Soeharto dari dulu sampai sekarang. Ini tercermin dalam ucapannya pada
waktu Suharto menyatakan “lengser” keprabon pada tahun 1998.
Jika kita melihat ke belakang, kita akan
melihat bahwa Jendral TNI AD Soeharto adalah pembunuh secara keji
terhadap Presiden pertama Republik Indonesia dan proklamator kemerdekaan
17 Agustus 1945 yaitu almarhum Presiden Soekarno, untuk selanjutnya
Soeharto mengangkat dirinya sebagai presiden RI, yang disokong oleh
semua jajaran TNI dan segenap jendral-jendralnya termasuk Wiranto.
Atas dasar apa, sekarang Wiranto
menyebut-nyebut bahwa Bung Karno (baca almarhum presiden Soekarno)
adalah Bapak Bangsa Indonesia, sedangkan Wiranto pengikut setia Soeharto
tak pernah sepatah katapun mengutuk Jendral TNI AD Soeharto atas
perbuatan kejinya dalam membunuh Presiden Soekarno yang dianggapnya
sebagai Bapak Bangsa Indonesia.
Bukankah ini merupakan suatu phenomena yang perlu untuk diwaspadai?
Dalam konteks ini kita jangan sampai
kehilangan orientasi, karena setiap phenomena yang paling pelikpun mampu
kita atasi, jika kita pandang dari segi Holargi. Dari segi Holargi kita
dapat melihat saling hubungan baik yang kongkrit yang dapat kita
saksikan dengan mata telanjang, bahkan kita sanggup pula „melihat“
saling hubungan yang sinergetis antar corpus yang satu dengan corpus
lainnya yang tidak kelihatan, misalnya saja tidak semua orang akan
mengakui bahwa >Karakter manusia yang tadinya baik, kemudian
berangsur-angsur „berubah“ menjadi jelek atau sebaliknya, akibat
pengaruh konsum yang oleh psychoneurologist disebutnya >the
consume-syndrome-disease<. Penyakit >konsum-syndrom< ini adalah
element yang tidak kelihatan yang bermukim didalam „placenta“-induknya
yang kita kenal dalam konteks ini adalah > ideologi militerisme dan
fasisme orde baru Soeharto<
Oleh karena itu, kita tahu dan bisa
mengerti bahwa seseorang seperti Wiranto itu bisa saja berubah menjadi
baik, tapi itu harus mengalami proses transformasi, yang dalam konteks
ini adalah proses reformasi dan demokratisasi yang arahnya harus
cenderung mengarah pada langkah positif, yaitu mengadili bekas penguasa
orde baru Soeharto atas semua perbuatan perbuatan korupsinya dan
pelanggaran berat HAM yang petrnah dilakukan; dan juga mengadili semua
pelaku-pelaku pelanggran berat HAM yang lainnya selama periode kekuasaan
rezim militer fasis Soeharto. Dalam konteks ini kita semua tahu bahwa
Wiranto tidak pernah menyokong gerakan reformasi yang menuntut untuk
diadilinya pelaku-pelaku pelanggaran berat HAM, seperti misalnya
kasus-kasus Tanjung periuk, Trisakati dll.
Kita semua tahu bahwa Wiranto adalah
termasuk kader Golkar yang bisa digolongkan dalam jajaran elite Golkar.
Sedangkan politik Golkar akan selalu menghidupkan kembali orde baru,
oleh karena itu Golkar tidak akan sudi untuk merehabilitasi nama baik
Bung Karno, yang sudah dituduh sebagai dalang G30S/PKI sampai sekarang
ini. Dalam kenyataan yang kita saksikan Wiranto tetap sebagai kader dan
elite Golkar, oleh karena itulah Wiranto sampai saat ini masih tetap
mengidap virus penyakit KS (Konsum syndrom) seperti yang sudah
disebutkan di atas. Oleh karena itu kita jangan sampai kehilangan
orientasi dalam menilai ucapan Wiranto,yang mengatakan Bung Karno
sebagai Bapak Bangsa.
Memang Wiranto tak berdosa mengucapkan
bahwa Bung Karno sebagai bapak Bangsa, tapi kita yang mendengar ucapan
itu harus waspada. Karena kita semua tahu bahwa selama ini di era
Reformasi (dari dulu sampai sekarang) Wiranto selalu bepihak pada Bekas
penguasa orde baru Soeharto yang secara sadar telah membunuh Bung Karno
dan membantai para pengikut-pengikutnya. Tiada sepatah katapun dari
Wiranto yang pernah mencerminkan adanya suatu sikap yang mengutuk
Soeharto dalam tidakan yang tak manusiawi yaitu melaksanakan pembunuhan
keji terhadap Presiden Soekarno dan pembantaian masal terhadap 3 juta
rakyat Indonesia yang tak bersalah dan pencinta Bung Karno.
Adalah suatu yang tidak masuk akal sehat
bahwa seorang yang menyokong pembunuhan keji terhadap Bung Karno dan
tidak pernah merasa berdosa, sekarang ini mengatakan bahwa Bung Karno
adalah bapak Bangsa Indonesia. Oleh karena itulah Wiranto tidak dapat
dikatakan sudah berubah jati dirinya menjadi baik dan memihak Rakyat
Indonesia, meskipun sudah berapi-api mengatakan Bung Karno adalah bapak
bangsa. Benar seperti yang dikatakan oleh pak Koentyo Soekadar, bahwa
Wiranto adalah seorang OPORTUNIS, yang ingin merebut kekuasaan politik
di negeri ini.
0 komentar
Posting Komentar