Gerakan Kiri

Revolusi Indonesia

Kamis, 11 Desember 2014

Fenomena Jendral Wiranto

Komentar Roeslan, 16 Agustus 2006
Wiranto adalah pengikut setia dan selalu siap bersedia melindungi keselamatan dan kekayaan Jendral TNI AD Soeharto dari dulu sampai sekarang. Ini tercermin dalam ucapannya pada waktu Suharto menyatakan “lengser” keprabon pada tahun 1998.

Jika kita melihat ke belakang, kita akan melihat bahwa Jendral TNI AD Soeharto adalah pembunuh secara keji terhadap Presiden pertama Republik Indonesia dan proklamator kemerdekaan 17 Agustus 1945 yaitu almarhum Presiden Soekarno, untuk selanjutnya Soeharto mengangkat dirinya sebagai presiden RI, yang disokong oleh semua jajaran TNI dan segenap jendral-jendralnya termasuk Wiranto.
Atas dasar apa, sekarang Wiranto menyebut-nyebut bahwa Bung Karno (baca almarhum presiden Soekarno) adalah Bapak Bangsa Indonesia, sedangkan Wiranto pengikut setia Soeharto tak pernah sepatah katapun mengutuk Jendral TNI AD Soeharto atas perbuatan kejinya dalam membunuh Presiden Soekarno yang dianggapnya sebagai Bapak Bangsa Indonesia.
Bukankah ini merupakan suatu phenomena yang perlu untuk diwaspadai?
Dalam konteks ini kita jangan sampai kehilangan orientasi, karena setiap phenomena yang paling pelikpun mampu kita atasi, jika kita pandang dari segi Holargi. Dari segi Holargi kita dapat melihat saling hubungan baik yang kongkrit yang dapat kita saksikan dengan mata telanjang, bahkan kita sanggup pula „melihat“ saling hubungan yang sinergetis antar corpus yang satu dengan corpus lainnya yang tidak kelihatan, misalnya saja tidak semua orang akan mengakui bahwa >Karakter manusia yang tadinya baik, kemudian berangsur-angsur „berubah“ menjadi jelek atau sebaliknya, akibat pengaruh konsum yang oleh psychoneurologist disebutnya >the consume-syndrome-disease<. Penyakit >konsum-syndrom< ini adalah element yang tidak kelihatan yang bermukim didalam „placenta“-induknya yang kita kenal dalam konteks ini adalah > ideologi militerisme dan fasisme orde baru Soeharto<
Oleh karena itu, kita tahu dan bisa mengerti bahwa seseorang seperti Wiranto itu bisa saja berubah menjadi baik, tapi itu harus mengalami proses transformasi, yang dalam konteks ini adalah proses reformasi dan demokratisasi yang arahnya harus cenderung mengarah pada langkah positif, yaitu mengadili bekas penguasa orde baru Soeharto atas semua perbuatan perbuatan korupsinya dan pelanggaran berat HAM yang petrnah dilakukan; dan juga mengadili semua pelaku-pelaku pelanggran berat HAM yang lainnya selama periode kekuasaan rezim militer fasis Soeharto. Dalam konteks ini kita semua tahu bahwa Wiranto tidak pernah menyokong gerakan reformasi yang menuntut untuk diadilinya pelaku-pelaku pelanggaran berat HAM, seperti misalnya kasus-kasus Tanjung periuk, Trisakati dll.
Kita semua tahu bahwa Wiranto adalah termasuk kader Golkar yang bisa digolongkan dalam jajaran elite Golkar. Sedangkan politik Golkar akan selalu menghidupkan kembali orde baru, oleh karena itu Golkar tidak akan sudi untuk merehabilitasi nama baik Bung Karno, yang sudah dituduh sebagai dalang G30S/PKI sampai sekarang ini. Dalam kenyataan yang kita saksikan Wiranto tetap sebagai kader dan elite Golkar, oleh karena itulah Wiranto sampai saat ini masih tetap mengidap virus penyakit KS (Konsum syndrom) seperti yang sudah disebutkan di atas. Oleh karena itu kita jangan sampai kehilangan orientasi dalam menilai ucapan Wiranto,yang mengatakan Bung Karno sebagai Bapak Bangsa.
Memang Wiranto tak berdosa mengucapkan bahwa Bung Karno sebagai bapak Bangsa, tapi kita yang mendengar ucapan itu harus waspada. Karena kita semua tahu bahwa selama ini di era Reformasi (dari dulu sampai sekarang) Wiranto selalu bepihak pada Bekas penguasa orde baru Soeharto yang secara sadar telah membunuh Bung Karno dan membantai para pengikut-pengikutnya. Tiada sepatah katapun dari Wiranto yang pernah mencerminkan adanya suatu sikap yang mengutuk Soeharto dalam tidakan yang tak manusiawi yaitu melaksanakan pembunuhan keji terhadap Presiden Soekarno dan pembantaian masal terhadap 3 juta rakyat Indonesia yang tak bersalah dan pencinta Bung Karno.
Adalah suatu yang tidak masuk akal sehat bahwa seorang yang menyokong pembunuhan keji terhadap Bung Karno dan tidak pernah merasa berdosa, sekarang ini mengatakan bahwa Bung Karno adalah bapak Bangsa Indonesia. Oleh karena itulah Wiranto tidak dapat dikatakan sudah berubah jati dirinya menjadi baik dan memihak Rakyat Indonesia, meskipun sudah berapi-api mengatakan Bung Karno adalah bapak bangsa. Benar seperti yang dikatakan oleh pak Koentyo Soekadar, bahwa Wiranto adalah seorang OPORTUNIS, yang ingin merebut kekuasaan politik di negeri ini.

0 komentar

Posting Komentar