Artikel
ini di tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano,
editor Marcha, majalah mingguan
independen yang radikal di Montevideo,
Uruguay. Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga
bulan, saat mana ia berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan mengunjungi
sejumlah negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret
1965 di majalah Marcha, dan tanggal 11 April
1965 di majalah Verde Olivo.
Kawan
tercinta:
Meskipun terlambat, saya
tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke
Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang
dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
*
* *
Pendapat umum yang
dilontarkan dari mulut juru bicara kaum kapitalis, dalam rangka perang ideologi
menentang sosialisme, yakni bahwasanya
sosialisme, atau periode pembangunan sosialisme seperti yang sedang kami laksanakan
di Kuba ini, ditunjukkan oleh, penghapusan individu atas nama negara. Saya tidak
akan berusaha menolak pendapat tersebut semata-mata berdasarkan argumen
teoritik, melainkan dengan menunjukkan fakta-fakta sebagaimana adanya di
kuba dan selanjutnya memberi tambahan komentar umum. Ijinkanlah sekarang saya
memaparkan sejarah perjuangan revolusioner kami sebelum dan sesudah berhasil
merebut kekuasaan.
Sebagaimana telah
diketahui, tanggal tepatnya dimulainya perjuangan revolusioner --yang mencapai puncaknya pada
1 Januari 1959--adalah
tanggal 26 Juli 1953. Sebuah kelompok yang dipimpin oleh Fidel Castro menyerang
barak Moncada di Propinsi Oriente pada pagi hari tanggal tersebut. Serangan itu
gagal, kegagalan itu menjadi sebuah malapetaka; dan mereka yang hidup
dijebloskan ke dalam penjara, dan memulai kembali perjuangan revolusioner
setelah mereka dibebaskan melalui sebuah amnesti.
Dalam proses ini, dimana
yang ada baru berupa benih sosialisme, manusia merupakan faktor fundamental.
Kita meletakkan kepercayaan kita padanya--individual, khas, dengan
nama pertama dan akhirnya--dan kemenangan atau kegagalan missi
yang dipercayakan
padanya bergantung pada kapasitasnya untuk aksi.
Selanjutnya tibalah
tahap perjuangan gerilya. Perjuangan ini berkembang dalam dua lingkungan yang
berbeda: rakyat, massa yang masih tertidur yang harus dimobilisasi; dan pelopornya,
gerilyawan, kekuatan
motor mobilisasi,
pembangkit kesadaran revolusioner dan antusiasme
militan. Pelopor ini
merupakan agen katalisator yang membangkitkan kondisi subyektif yang
diperlukan untuk memperoleh kemenangan.
Di sini sekali lagi, dalam kerangka proletarisasi pemikiran kami, dari
revolusi yang berlangsung dalam kebiasaan-kebiasaan dan pikiran-pikiran
kami, individu merupakan faktor pokok. Setiap seorang pejuang dari Sierra
Maestra yang mencapai jenjang atas dalam barisan kekuatan revolusioner memiliki
rekor tindakan yang luar biasa. Mereka memperoleh jenjang tersebut atas dasar
tindakannya itu. Inilah periode kepahlawanan pertama, dan di situ mereka harus
memikul tanggung jawabnya yang amat berat, untuk tugas-tugas yang
amat berbahaya, dengan tiada kepuasan lain daripada berhasil memenuhi kewajiban
yang dibebankan padanya itu.
Dalam pekerjaan
pendidikan revolusioner, kami seringkali kembali ke tema-tema yang
mengandung pelajaran seperti ini. Sikap pejuang kami diarahkan sebagai manusia
masa depan.
Pada bagian sejarah kami
yang lain tindakan dedikasi total pada perjuangan revolusioner terus-menerus
diulang. Selama krisis Oktober dan saat Hurricane Flora kami menyaksikan
tindakan keberanian dan pengorbanan luar biasa yang ditunjukkan oleh seluruh
rakyat. Penemuan metoda melestarikan sikap kepahlawanan ini dalam kehidupan
sehari-hari, dari sudut pandang ideologis, merupakan salah satu tugas
fundamental kami.
Pada bulan Januari 1959,
pemerintahan revolusioner didirikan dengan keikutsertaan berbagai anggota dari
kaum borjuis pengkhianat. Keberadaan Tentara Pemberontak (selanjutnya diubah menjadi kekuatan bersenjata Revolusioner setelah
kemenangan revolusi 1959, pent) sebagai faktor mendasar dari kekuatan
yang mengawal revolusi.
Kontradiksi serius mulai
berkembang. Kontradiksi utama, pada bulan Februari 1959, diselesaikan ketika Fidel
Castro memegang kepemimpinan pemerintahan, mengambil pos perdana menteri. Proses
ini mencapai puncaknya pada bulan Juli tahun yang sama dengan mundurnya Presiden
Urrutia karena tekanan massa.
Dalam sejarah revolusi
Kuba nampak jelas karakternya, watak aslinya, yang secara sistematik berulang-ulang
tampil: massa
Proses yang bersegi
jamak ini bukan, sebagaimana dianggap, jumlah dari elemen-elemen dari tipe
yang sama,layaknya sekumpulan domba,lebih-lebih lagi, disusutkan menjadi jenis tipe
sistem yang dipaksakan dari atas. Benar adanya bahwa ia mengikuti para pemimpinannya,
terutama Fidel Castro, tanpa keraguan. Namun tingkat dimana para pemimpin itu
memperoleh kepercayaan sesungguhnya hasil dari ketepatan mereka
menginterpretasikan keinginan dan aspirasi rakyat dalam arti utuh, dan dari
perjuangan tulus untuk memenuhi janji yang dibuatnya.
Massa berpartisipasi
dalam reformasi agraria dan dalam tugas sulit mengelola perusahaan-perusahaan
negara; yang juga ditunjukkan melalui pengalaman Playa Giron yang heroik itu,
peperangan melawan kelompok-kelompok bandit yang dipersenjatai oleh CIA;
berpartisipasi melalui salah satu keputusan yang amat penting di jaman moderen
selama krisis Oktober; dan saat ini berlanjut terus bekerja demi membangun
sosialisme.
Dipandang dari luar,
nampaknya mereka yang mengatakan tentang adanya subordinasi individu di bawah
negara bisa benar. Massa melakukan tugas-tugas itu dengan antusiame yang
tak ada bandingannya dan menjalankan tugas yang digariskan oleh pemerintah,
apakah itu di bidang ekonomi, kebudayaan, pertahanan, olah raga, dsb.
Inisiatif muncul dari
Fidel atau dari komandan tinggi revolusioner dan dijelaskan kepada rakyat, yang
menjadikannya sebagai miliknya. Dalam beberapa kasus, partai dan pemerintah
mengambil pengalaman lokal dan menggeneralisasikannya, dengan mengikuti prosedur
sama.
Meski begitu, negara
kadang-kadang membuat kesalahan. Pada saat terjadi kesalahan, yaitu nampak
dari menurunnya antusiasme kolektif dikarenakan efek penurunan kuantitatif pada
masing-masing elemen yang menyusun massa. Kerja menjadi lumpuh hingga
mencapai penyusutan jumlah ke tingkat yang tak memadai. Saatnya harus segera
membuat koreksi. Ini terjadi pada bulan Maret 1962, sebagai hasil dari
kebijaksanaan sektarian yang dipaksakan pada partai oleh Anibal Escalante.
Nyata bahwa mekanisme
ini tidak cukup menjamin bagi suksesi tindakan yang bijaksana. Hubungan yang
lebih berstruktur dengan massa amat dibutuhkan, dan kami harus memperbaikinya di
tahun-tahun selanjutnya. Selain inisiatif yang muncul dari jajaran atas
pemerintahan yang telah lakukan, kami sekarang ini menggunakan metoda intuitif
yang muncul dari reaksi umum atas problem-problem besar yang kami hadapi.
Dalam hal inilah Fidel seorang
pemimpin. Cara khasnya dalam menyatukan dirinya dengan rakyat dapat ditangkap
hanya dengan melihatnya dalam tindakan. Dalam rapat umum raksasa
seseorang dapat mengamatinya bagai dialog antara dua garpu penala yang saling
bergetar menghasilkan suara baru. Fidel dan massa mulai bergetar bersama dalam
sebuah dialog yang intensitasnya makin tumbuh hingga mencapai klimaks
dalam sebuah muara jeritan perjuangan dan kemenangan.
Sesuatu yang sulit
dipahami bagi seseorang yang tidak hidup melalui pengalaman revolusi adalah
keeratan dialektika antara individu dan
massa,dimana massa, sebagai kumpulan individu, saling berinterkoneksi dengan para
pemimpinnya.
Beberapa fenomena
seperti ini memang kisa juga dilihat di bahwa kapitalisme, ketika para politisi
nampak mampu memobilisasi opini umum, namun hal itu bukan sebagai
gerakan sosial murni (jika benar-benar murni, maka tidak
sepenuhnya benar mengatakan mereka
sebagai kapitalis). Gerakan ini hanya mampu bertahan, jika orang yang itu mampu
terus menjadi ispirasi bagi mereka, atau akan bertahan selama kekasaran masyarakat kapitalis
terus-menerus menciptakan illusi terhadap rakyat.
Dalam masyarakat
kapitalis, manusia dikontrol oleh hukum tanpa belas kasihan yang berada di luar
jangkauannya. Makhluk manusia teralienasi dan diikat menjadi sebuah masyarakat
oleh sebuah jaringan korda: hukum nilai. Hukum yang berlaku atas seluruh aspek
kehidupannya, yang membentuk perjalanan dan nasibnya.
Hukum kapitalisme, yang
mengelabui dan tak nampak bagi orang kebanyakan, berlaku atas individu tanpa ia
menyadarinya. Ia hanya melihat keluasan horison tanpa batas di hadapannya.
Inilah betapa hal itu dilukiskan oleh kaum propagandis kapitalis yang mengaku
menarik pelajaran dari contoh semacam Rockeffeler --apakah benar atau tidak--
tentang kemungkinan meraih keberhasilan.
Tumpukan kemiskinan dan penderitaan
yang dipersyaratkan bagi kemunculan seorang Rockeffeler, dan tumpukan kebejatan
yang dikandung dalam kekayaan seperti itu, digelapkan oleh lukisan tersebut, dan
tidak selalu mungkin bagi kekuatan rakyat untuk melihat secara jernih konsep-konsep hukum kapitalisme
ini.
(Sebuah diskusi tentang
bagaimana buruh di negara imperialis secara gradual kehilangan semangat
internasionalisme kelas pekerjanya disebabkan hingga tingkat tertentu oleh
eksploitasi terhadap negara dunia ketiga, dan pada saat yang sama bagaimana
melemahnya semangat perjuangan massa di negara imperialis, bisa dikaji di sini,
namun tema itu di luar sasaran pokok tulisan ini.)
Dalam kasus apapun jalan
menuju kesuksesan di masyarakat kapitalis digambarkan sebagai perjuangan dengan
resiko--resiko dimana, diperlihatkan, seorang individu dengan kualitas yang baik
sajalah yang dapat menghadapinya. Hadiah nampak ada di kejauhan; dan jalan untuk
mencapainya penuh kesepian. Maka selanjutnya, yang berlangsung adalah persaingan
diantara serigala-serigala; pemenangnya akan muncul dengan ongkos kegagalan
lainnya.
0 komentar
Posting Komentar