TIDAK banyak tokoh Partai 
Komunis Indonesia (PKI) yang masuk dalam daftar pahlawan nasional. 
Seperti dilansir halaman Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI). 
Hanya ada dua pimpinan komunis yang masuk daftar terhormat itu. Tan 
Malaka di urutan ke-17 dan Alimin di urutan ke-27.
Selain kedua 
orang itu, tidak ada pimpinan komunis lainnya yang masuk daftar ini. 
Padahal, masih banyak sederet tokoh komunis yang layak mendapat gelar 
terhormat itu.
Semaoen misalnya. Ketua SI Semarang ini bergabung 
dengan Serikat Islam (SI) afdeeling Surabaya, pada 1914. Saat itu, 
usianya baru 14 tahun. Setahun kemudian, dia bertemu dengan Sneevliet 
dan bergabung dengan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) 
dan Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP).
Sejak itu,
 haluan politik Semaoen berubah mengikuti Sneevliet yang merupakan agen 
komunis internasional. Dalam tempo setahun, dia sudah diangkat menjadi 
propagandis VSTP yang digaji.
Keahlian Semaoen menggunakan bahasa
 Belanda, dan kecerdasan yang dimilikinya, membuatnya lebih maju dari 
pemuda seumuran dia saat itu. Hingga akhirnya, dia dipercaya memimpin SI
 Semarang, pada 1918.
Di bawah kepemimpinan Semaoen, SI Semarang 
menjadi merah. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaoen terus 
menanamkan paham komunis di SI. Hingga akhirnya, SI Semarang berselisih 
paham dengan anggota SI lainnya yang tidak setuju dengan penyebaran 
paham komunisme.
Akhirnya, pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti 
ISDV menjadi Partai Komunis Hindia (PKH). Inilah jasa terbesar Semaoen. 
Selain Penuntun Kaum Buruh dan Hikayat Kadiroen. Tujuh bulan kemudian, 
PKH berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaoen menjadi 
ketuanya yang pertama. Setelah Semaoen, posisi ketua umum PKI 
selanjutnya adalah Tan Malaka.
Sejak saat itulah, Tan Malaka 
memainkan perannya dalam peta politik nasional. Sebagai seorang pemimpin
 PKI, Tan Malaka memiliki pemikiran yang cemerlang. Pandangannya jauh 
melampaui zamannya. Tidak jarang, pandangannya itu berbenturan dengan 
tokoh komunis lainnya. 
Di antara karya-karya penting Tan Malaka 
yang sangat mempengaruhi jalannya pergerakan prakemerdekaan adalah 
Menuju Republik Indonesia, dan Aksi Massa. Karyanya yang pertama itu 
berisi tentang program kaum komunis dalam mencapai Indonesia merdeka. 
Dengan jelas, Tan Malaka merumuskan program nasional PKI yang sangat 
jitu.
Sementara di bukunya yang kedua, Tan Malaka lebih banyak 
menjelaskan bentuk-bentuk aksi PKI, sekaligus kecamannya terhadap 
Keputusan Prambanan 1925 untuk melakukan pemberontakan nasional.
Di
 sinilah Tan Malaka dan Alimin berbeda paham. Alimin pada pendiriannya 
untuk melakukan melanjutkan keputusan Prambanan. Sementara Tan Malaka 
berusaha mencegahnya, karena dinilai kurang siap. Pendapat Tan Malaka 
terbukti benar.
Bahkan, keduanya sempat terlibat adu pena. Tan 
Malaka mengeluarkan Thesis, dijawab oleh Alimin dengan Analisis. Dalam 
Thesis, Tan Malaka menjawab tudingan teman-teman separtainya di PKI yang
 menuduhnya sebagai pengkhianat, dan seorang Trotskys, karena mendirikan
 Partai Republik Indonesia (PARI).
Sementara Alimin, memperkuat 
tudingan pengkhianat terhadap Tan Malaka. Dia juga membantah semua 
keterangan yang disampaikan Tan Malaka dalam Thesis.
Peran Alimin
 yang terbesar dalam pergerakan prakemerdekaan adalah buah pikirannya 
dalam Budi Utomo, Sarekat Islam, Insulinde, dan PKI. Kendati sikapnya 
menjalankan Keputusan Prambanan terbukti kurang tepat, itulah satu 
pemberontakan bersenjata pertama rakyat Indonesia terhadap Belanda.
Sementara
 jasa terbesar Tan Malaka lainnya tertuang dalam bukunya Materialisme, 
Dialektika, dan Logika atau Madilog, Gerpolek atau Gerilya, Politik, 
Ekonomi. Pada bukunya yang pertama, Tan Malaka merumuskan paham 
Marxist-Leninisme berdasar adat kebiasaan dan kebudayaan Indonesia.
Sedangkan
 dalam Gerpolek, Tan Malaka banyak membahas tentang strategi 
ekonomi-politik dan gerilya. Untuk yang idenya yang terakhir, Tan Malaka
 disebut juga sebagai bapak militer Indonesia.
0 komentar
Posting Komentar