Pendahuluan
PKI merupakan sebuah organisasi yang memiliki ideologi komunis pertama yang
berdiri di Asia. Perkembangan partai ini juga cukup pesat di antara
partai-partai pergerakan nasioanl lainnya. Pengaruhnya di dalam masyarakat
lapisan bawah pun cukup besar, terutama karena propaganda PKI yang bergerak
untuk memperjuangkan kepentingan rakyat lapisan paling bawah, yakni petani.
Sejarah masuknya ideologi komunis ini sebenarnya dibawa oleh H.J.F.M. Sneevliet
(1883-1942) yang masuk ke Indonesia pada tahun 1913. Pada awalnya, ideologi ini
hanya diperkenalkan kepada orang-orang indo dan Belanda yang menjadi kelas
pekerja. Tetapi, dalam perkembangannya, ideologi ini diperkenalkan kepada
rakyat Indonesia melalui murid kesayangan Sneevliet, Semaun. Sejak itu,
aktivitas PKI semakin berkembang pesat dan memberikan ancaman kepada pemerintah
Hindia Belanda.
Aktivitas PKI yang radikal itu memuncak pada tahun 1926/1927, yang
mengakibatkan pembubaran organisasi itu oleh pemerintah. Meski demikian,
pemberontakan PKI telah menjadi masa transisi bagi paham nasionalisme yang
sesungguhnya. PKI juga mewariskan semangat anti kapitalisme, anti kolonialisme,
dan kemerdekaan yang sesungguhnya kepada organisasi-organisasi pergerakan
kebangsaan lainnya. Mengingat pentingnya peran PKI bagi kesadaran pergerakan
kebangsaan Indonesia, oleh sebab itu, beberapa permasalahan yang akan dibahas
pada makalah ini adalah mengenai latar belakang berdirinya PKI, tokoh utama
yang berperan penting sebagai organisator utama dan perangsang bagi pergerakan
PKI yang lebih radikal, propaganda yang dilakukan PKI, dan pergerakan-pergerakan
seperti yang dilakukan oleh PKI. Namun demikian, yang akan dibahas dalam
tulisan ini adalah perkembangan PKI pada masa pergerakan kebangsaan saja hingga
meningkatnya aktivitas PKI pada tahun 1927.
Berdirinya Partai Komunis Indonesia
Pada akhir dasawarsa kedua perkembangan politik mengalami intensifikasi dan
ekstensifikasi, tidak hanya karena tejadi pengetatan politik kolonial tetapi
juga karena ada peningkatan tuntutan politik serta meluasnya mobilisasi politik
di kalangan rakyat.[1]
Sejak dilancarkannya gerakan Indie
Weeerbar (Pertahanan Hindia) yang segera disusul oleh kesibukan sekitar
persiapan pembentukan Dewan Rakyat (Volksraad), arena politik meluas sekali dan
aktivitas politik menjadi sangat intensif. Pada saat yang bersamaan muncul
golongan kiri yang berdasarkan analisis historis materialistisnya hendak
melancarkan perjuangan kelas melawan kapitalisme dan imperialisme. Dengan
munculnya Volksraad pada 1918, muncullah kekecewaan-kekecewaan dari beberapa
kalangan atas kinerja lembaga yang mengatas namakan rakyat itu. Kemudian
muncullah yang dinamakan Konsentrasi Radikal yang terdiri atas gabungan SI,
Insulinde, dan PKI.[2]
Pada tahun 1913, H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia. Dialah
yang pertama kali memperkenalkan ide-ide sosial-demokrat yang revolusioner dan
aktivisme serikat buruh di Indonesia. Pada tahun 1914, dia mendirikan Indische
Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang berhaluan kiri, dan dengan cepat
menjadi partai komunis pertama di Asia yang berada di luar Uni Soviet.[3] Dengan ini,
dimulailah pergerakan yang digawangi oleh kaum komunis yang lebih radikal.
Di awal pergerakan yang dilakukannya, ISDV memiliki beberapa strategi
politik untuk menyebarkan ideologi sosial-demokrat dan komunis, yang merupakan
hasil manifestasi paham marxisme yang lahir di Eropa sebagai buah pemikiran
Karl Marx dan Friedrich Engels. Strategi itu diantaranya adalah dengan
mendekati serdadu-serdadu bangsa Belanda, Serdadu-serdadu Angkatan Laut,
pegawai negri bangsa Belanda di bagian sipil[4] Karena itu,
pada awalnya ISDV beranggotakan orang-orang berkebangsaan Belanda dan golongan
Indo saja. Setelah, para pemimpin ISDV diasingkan oleh pemerintah termasuk
Sneevliet, dimulailah aktivitas politik ISDV yang dipimpin oleh orang-orang
Indonesia. Maka, ISDV berubah namanya menjadi Perserikatan Kommunist di Hindia,
dan diganti lagi namanya menjadi Partai Komunis Indonesia. Maka, pada tahun
1920 lahirlah PKI dengan diketuai Semaun.
Organisator Utama dan Tokoh Kunci Pergerakan PKI
Semaun adalah tokoh kunci PKI, dia adalah Ketua Umum Pertama Partai Komunis
Indonesia. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat
gerakan komunis di Hindia Belanda. Pada 23 Mei 1920 Semaun mengganti ISDV
menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi
Partai Komunis Indonesia dan Semaun sebagai ketuanya. PKI pada awalnya adalah
bagian dari SI, tapi akibat dari perbedaan paham akhirnya membuat kedua
kekuatan besar di SI ini berpisah pada bulan Oktober 1921. Pada akhir tahun itu
juga Semaoen meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Moskow.[5]
Langkah awal keterlibatan Semaun dalam bidang politik dapat ditelusuri dari
keikutsertaan Semaun dalam organisasi
Sarekat Islam afdeeling Surabaya tahun 1914, yang salah satu tujuannya
meluruskan pemahaman Islam dan sebagai media gerakan politik lokal melawan
kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang dinilai diskriminatif. Setelah ikut
serta dalam CSI, Semaun dipercayakan untuk memimpin Sarekat Islam cabang
Semarang yang gerakannya radikal dalam menentang politik kolonial Belanda.
Selain menjadi pimpinan Sarekat Islam Semarang, Semaun menjadi anggota
Vereeniging voor Spoor-en Tramweg Personeel (VSTP). Pada Desember 1920, Semaun menjadi
Ketua PPKB (Persatuan Pergerakan Kaoem Boeroeh). Semaun merasa tidak puas
terhadap ideologi CSI yang dianggap tidak mewakili kaum buruh, maka secara terang-terangan
Semaun memproklamirkan ideologi pergerakan Sarekat Islam Semarang adalah
berhaluan sosialis demokrat. Ideologi ini dianggap dapat menjadi pedoman bagi
perubahan kehidupan buruh yang pada akhirnya menjadikan masyarakat Indonesia
tanpa kelas. Semaun menolak memasukkan unsur agama dalam gerakan SI Semarang.
Atas inisiatif para anggota ISDV dan SI Semarang maka 23 Mei 1920 lahirlah
Partai Komunis Hindia yang berubah menjadi Partai Komunis Indonesia.
Melalui organisasi-organisasi politik tersebut Semaun menyerukan dengan
berbagai tulisan-tulisan di surat kabar serta diplomasi-diplomasi yang
dilakukan atas nama Sarekat Islam. Tujuannya adalah agar pemilik modal
memperhatikan kehidupan kaum buruh dan mengkritik kebijakan pemerintah kolonial
Belanda yang tidak memihak rakyat. Di samping itu, Semaun menolak adanya
Volksraad dan Indie Weerbaar yang dianggap tameng buatan Belanda.
Propaganda dan Strategi Politik PKI
Karena ideologi komunis masih sangat baru di Indonesia, maka dibutuhkan
kiat-kiat khusus untuk menyebarkan menarik hati rakyat. Maka, dalam menyebarkan
pengaruh-pengaruhnya sekaligus berusaha untuk menarik hati rakyat dan
menjadikannya anggota, PKI memiliki propaganda yang menunjukkan bahwa
organisasi itu benar-benar meng-Indonesia. Berikut adalah propaganda PKI untuk
memperoleh simpati masyarakat sekaligus mendapat anggota sebanyak-banyaknya:
·
PKI kurang
menekankan doktrin-doktrin teoritis Marx dan Lenin melainkan lebih banyak
berbicara dengan bahasa yang menarik bagi rakyat Indonesia, khususnya kaum
abangan Jawa.
·
Masyarakat
tanpa kelas dikemukakan sebagai penjelmaan kembali dari negara Majapahit yang
dipandang sebagai penjelmaan kembali dari negara Majapahit, yang dipandang
sebagai zaman persamaan derajat yang mulia sebelum datangnya bangsa Belanda
sebelum Islam.
·
Doktrin-doktrin
PKI yang menyatakan bahwa pahlawan-pahlawan PKI adalah para pejuang dari Perang
Jawa; Dipanegara, Kyai Maja, dan Sentot.
·
Memanfaatkan
ramalan-ramalan yang bersifat mesianistis mengenai ratu adil.[6]
·
PKI merupakan
sebuah partai yang mampu mempersatukan rakyat, baik muslim maupun bukan muslim.
Pergerakan-Pergerakan PKI
Semaun mula berkonsentrasi pada PKI, Semaun juga membawa PKI bergabung
dengan Comintern yang bekerjasama dengan negara-negara yang berfaham
komunis untuk mempererat hubungan diplomasi. Bersama-sama dengan Alimin dan
Darsono, Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat
gerakan komunis di Hindia Belanda dengan sikap dan prinsip komunisme yang
dianutnya.
PKI secara terang-terangan menentang kebijakan pemerintah Belanda. Partai
ini didukung oleh kalangan buruh yang bersifat sosialis karena prihatin setelah
melihat keadaan sosial-ekonomi yang hancur akibat Perang Dunia I. Pada masa itu
pemerintah kolonial Belanda menaikkan pajak yang memberatkan rakyat dan
anggaran belanja kesejahteraan rakyat pun dikurangi. Sementara itu, PKI semakin mengambil garis radikal dalam
perjuangannya. Hal ini tampak dalam berbagi tindakan pemogokan dan pemberontakan yang
merusak aset negara dan mengakibatkan pertumpahan darah.
Dalam kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang tidak menentu, pada bulan Mei
1923 PKI mendukung demonstrasi dan pemogokan pegawai kereta api yang
mengakibatkan Semaun dibuang ke luar negeri. Kemudian aksi radikal PKI dilanjutkan dengan aksi-aksi pemogokan yang lebih
luas di berbagai wilayah Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, PKI diperkuat oleh tokoh-tokoh komunis
seperti Tan Malaka, Alimin, dan Muso. Sepeninggal Semaun dan Darsono,
pemimpin-pemimpin PKI yang masih ada mengadakan pemberontakan yang menyimpang
dari pola umum kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan kolonialisme
Belanda.
Pada 13 November 1926 PKI dibawah Darsono memimpin pemberontakan melawan
pemerintahan kolonial di Batavia, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI
mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan
brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang
ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven
Digul, sebuah camp tahanan di Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan.
Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan
kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. PKI kemudian
bergerak di bawah tanah karena dilarang keras oleh pemerintah Belanda.
Semaun setelah Gagalnya Pemberontakan PKI
Semaun setelah gagalnya pemberontakan PKI membentuk kerjasama dengan PI dan
melanjutkan dan mendukung perjuangan anti-kolonialismenya dan mencapai
kemerdekaan. Semaun pun mulai menjalin hubungan kerja sama dengan Hatta.
Meskipun PI sebenarnya menolak bekerjasama dan cenderung menghindari PKI dan
ideologi komunisnya. Tetapi, Hatta meninginkan agar dalam perjuangan menuju
kemerdekaan, kaum nasionalis radikal mau bekerjasama dengan semua organisasi
kebangsaan termasuk kaum komunis. Hatta berpendapat bahwa kaum komunis
sebenarnya adalah orang nasionalis juga tetapi tersembunyi.
Rencana Semaun setelah gagalnya pemberontakan PKI yang sangat merugikan PKI
sendiri adalah mendesak pembentukan suatu partai nasionalis baru yang
didasarkan pada non-kooperasi dan swadaya, dengan tugas khusus membentuk suatu
“negara dalam negara” dan akhirnya mengorganisir suatu revolusi untuk
menggulingkan Belanda. [7]
Organisasinya harus berjalan secara serentak dalam dua arah; pertama, aksi
terang-terangan seperti pendidikan dan kegiatan sosial dan kedua, merongrong
kekuatan dengan membentuk suatu kekuatan tempur nasional melalui aksi-aksi bawah tanah. Revolusi harus
dilancarkan serentak di setiap karesidenan dan menyebar ke wilayah-wilayah
sekelilingnya. Akhirnya, harus dibentuk suatu organisasi perintis nasional
sebagai suatu bagian penting dari aktivitas partai yang baru tersebut, karena
dari mereka ini akan diperoleh tenaga-tenaga inti bagi tentara nasional.[8]
Hatta, tidak menyetujui rencana Semaun tersebut karena terlalu dipengaruhi
ideologi komunis. Tetapi, Hatta tetap berkeinginan untuk bekerjasama dengan
Semaun. Maka, Hatta dan Semaun pun menandatangani suatu konvensi pada tanggal 5
Desember, yang masing-msaing atas nama PI dan PKI. Semaun atas PKI menerima
kepemimpinan PI dalam gerakan nasionalis, berjanji untuk bekerjasama dan
menawarkan alat-alat percetakan PKI di Indonesia agar dipakai oleh PI. Namun,
konvensi ini adalah hanya merupakan kesepakan pribadi di antara keduanya. baik
pihak PI maupun PKI tidak mengetahui adanya kesepakatan tersebut. Konvensi ini
pun berakhir pada tanggal 19 Desember setelah dibatalkan Komintern dan akhirnya
diketahui oleh polisi pemerintah Hidia Belanda. [9] Meski demikian,
semangat PKI tentang kemerdekaan telah mengilhami tokoh-tokoh pergerakan
nasional dalam perjuangan pergerakan kebangsaan untuk mencapai Indonesia
merdeka. Gagalnya pemberontakan PKI juga telah mengilhami bagaimana pergerakan
itu seharusnya dilakukan demi mencapai kemerdekaan dan memicu munculnya konsep
nasionalisme sesungguhnya.
Kesimpulan
Semaun adalah Ketua Umum Pertama Partai
Komunis Indonesia. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono Semaun mewujudkan
cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia
Belanda. Pada 23 Mei 1920 Semaun mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia.
Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan
Semaun sebagai ketuanya. PKI pada awalnya adalah bagian dari SI, tapi akibat
dari perbedaan paham akhirnya membuat kedua kekuatan besar di SI ini berpisah
pada bulan Oktober 1921. Pada akhir tahun itu juga Semaoen meninggalkan
Indonesia untuk pergi ke Moskow. Semaun juga membawa PKI bergabung
dengan Comintern yang bekerjasama dengan negara-negara yang berfaham
komunis untuk mempererat hubungan diplomasi. Bersama-sama dengan Alimin dan
Darsono, Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat
gerakan komunis di Hindia Belanda dengan sikap dan prinsip komunisme yang
dianutnya.
Sementara itu,
PKI semakin mengambil garis radikal dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal ini tampak dalam berbagi
tindakan pemogokan dan pemberontakan yang merusak aset negara dan mengakibatkan
pertumpahan darah. Kemudian aksi radikal PKI
dilanjutkan dengan aksi-aksi pemogokan yang lebih luas di berbagai wilayah
Indonesia. Dalam
perkembangan selanjutnya, PKI diperkuat oleh tokoh-tokoh komunis seperti Tan
Malaka, Alimin, dan Muso. Sepeninggal Semaun dan Darsono, pemimpin-pemimpin PKI
yang masih ada mengadakan pemberontakan yang menyimpang dari pola umum
kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda.
Daftar
Pustaka
Ingleson, John. 1983. Jalan ke Pengasingan Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934.
Jakarta: LP3ES.
Kartodirjo, Sartono. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional.
Jakarta: Gramedia.
Nugraha, Iskandar P. 2011. Teosofi, Nasionalisme, dan Elite Modern Indonesia. Jakarta:
Komunitas Bambu.
Pringgodigdo. 1994. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia.
Jakarta: Dian Rakyat.
Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.
Jakarta: Serambi.
Budi, Cahyo, U. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga
Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Semaun
[1] Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah
Pergerakan Nasional (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 144
[2] Iskandar P. Nugraha, Teosofi, Nasionalisme, dan Elite Modern Indonesia
(Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 87.
0 komentar
Posting Komentar