Gerakan Kiri

Revolusi Indonesia

Senin, 10 November 2014

PARTAI KOMUNIS INDONESIA DALAM PERGERAKAN KEBANGSAAN

Pendahuluan
PKI merupakan sebuah organisasi yang memiliki ideologi komunis pertama yang berdiri di Asia. Perkembangan partai ini juga cukup pesat di antara partai-partai pergerakan nasioanl lainnya. Pengaruhnya di dalam masyarakat lapisan bawah pun cukup besar, terutama karena propaganda PKI yang bergerak untuk memperjuangkan kepentingan rakyat lapisan paling bawah, yakni petani.
Sejarah masuknya ideologi komunis ini sebenarnya dibawa oleh H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) yang masuk ke Indonesia pada tahun 1913. Pada awalnya, ideologi ini hanya diperkenalkan kepada orang-orang indo dan Belanda yang menjadi kelas pekerja. Tetapi, dalam perkembangannya, ideologi ini diperkenalkan kepada rakyat Indonesia melalui murid kesayangan Sneevliet, Semaun. Sejak itu, aktivitas PKI semakin berkembang pesat dan memberikan ancaman kepada pemerintah Hindia Belanda.
Aktivitas PKI yang radikal itu memuncak pada tahun 1926/1927, yang mengakibatkan pembubaran organisasi itu oleh pemerintah. Meski demikian, pemberontakan PKI telah menjadi masa transisi bagi paham nasionalisme yang sesungguhnya. PKI juga mewariskan semangat anti kapitalisme, anti kolonialisme, dan kemerdekaan yang sesungguhnya kepada organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lainnya. Mengingat pentingnya peran PKI bagi kesadaran pergerakan kebangsaan Indonesia, oleh sebab itu, beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai latar belakang berdirinya PKI, tokoh utama yang berperan penting sebagai organisator utama dan perangsang bagi pergerakan PKI yang lebih radikal, propaganda yang dilakukan PKI, dan pergerakan-pergerakan seperti yang dilakukan oleh PKI. Namun demikian, yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perkembangan PKI pada masa pergerakan kebangsaan saja hingga meningkatnya aktivitas PKI pada tahun 1927.
Berdirinya Partai Komunis Indonesia
Pada akhir dasawarsa kedua perkembangan politik mengalami intensifikasi dan ekstensifikasi, tidak hanya karena tejadi pengetatan politik kolonial tetapi juga karena ada peningkatan tuntutan politik serta meluasnya mobilisasi politik di kalangan rakyat.[1] Sejak dilancarkannya gerakan Indie Weeerbar (Pertahanan Hindia) yang segera disusul oleh kesibukan sekitar persiapan pembentukan Dewan Rakyat (Volksraad), arena politik meluas sekali dan aktivitas politik menjadi sangat intensif. Pada saat yang bersamaan muncul golongan kiri yang berdasarkan analisis historis materialistisnya hendak melancarkan perjuangan kelas melawan kapitalisme dan imperialisme. Dengan munculnya Volksraad pada 1918, muncullah kekecewaan-kekecewaan dari beberapa kalangan atas kinerja lembaga yang mengatas namakan rakyat itu. Kemudian muncullah yang dinamakan Konsentrasi Radikal yang terdiri atas gabungan SI, Insulinde, dan PKI.[2]
Pada tahun 1913, H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia. Dialah yang pertama kali memperkenalkan ide-ide sosial-demokrat yang revolusioner dan aktivisme serikat buruh di Indonesia. Pada tahun 1914, dia mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang berhaluan kiri, dan dengan cepat menjadi partai komunis pertama di Asia yang berada di luar Uni Soviet.[3] Dengan ini, dimulailah pergerakan yang digawangi oleh kaum komunis yang lebih radikal.
Di awal pergerakan yang dilakukannya, ISDV memiliki beberapa strategi politik untuk menyebarkan ideologi sosial-demokrat dan komunis, yang merupakan hasil manifestasi paham marxisme yang lahir di Eropa sebagai buah pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels. Strategi itu diantaranya adalah dengan mendekati serdadu-serdadu bangsa Belanda, Serdadu-serdadu Angkatan Laut, pegawai negri bangsa Belanda di bagian sipil[4] Karena itu, pada awalnya ISDV beranggotakan orang-orang berkebangsaan Belanda dan golongan Indo saja. Setelah, para pemimpin ISDV diasingkan oleh pemerintah termasuk Sneevliet, dimulailah aktivitas politik ISDV yang dipimpin oleh orang-orang Indonesia. Maka, ISDV berubah namanya menjadi Perserikatan Kommunist di Hindia, dan diganti lagi namanya menjadi Partai Komunis Indonesia. Maka, pada tahun 1920 lahirlah PKI dengan diketuai Semaun.
Organisator Utama dan Tokoh Kunci Pergerakan PKI
Semaun adalah tokoh kunci PKI, dia adalah Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Pada 23 Mei 1920 Semaun mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaun sebagai ketuanya. PKI pada awalnya adalah bagian dari SI, tapi akibat dari perbedaan paham akhirnya membuat kedua kekuatan besar di SI ini berpisah pada bulan Oktober 1921. Pada akhir tahun itu juga Semaoen meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Moskow.[5]
Langkah awal keterlibatan Semaun dalam bidang politik dapat ditelusuri dari keikutsertaan Semaun dalam organisasi  Sarekat Islam afdeeling Surabaya tahun 1914, yang salah satu tujuannya meluruskan pemahaman Islam dan sebagai media gerakan politik lokal melawan kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang dinilai diskriminatif. Setelah ikut serta dalam CSI, Semaun dipercayakan untuk memimpin Sarekat Islam cabang Semarang yang gerakannya radikal dalam menentang politik kolonial Belanda. Selain menjadi pimpinan Sarekat Islam Semarang, Semaun menjadi anggota Vereeniging voor Spoor-en Tramweg Personeel (VSTP). Pada Desember 1920, Semaun menjadi Ketua PPKB (Persatuan Pergerakan Kaoem Boeroeh). Semaun merasa tidak puas terhadap ideologi CSI yang dianggap tidak mewakili kaum buruh, maka secara terang-terangan Semaun memproklamirkan ideologi pergerakan Sarekat Islam Semarang adalah berhaluan sosialis demokrat. Ideologi ini dianggap dapat menjadi pedoman bagi perubahan kehidupan buruh yang pada akhirnya menjadikan masyarakat Indonesia tanpa kelas. Semaun menolak memasukkan unsur agama dalam gerakan SI Semarang. Atas inisiatif para anggota ISDV dan SI Semarang maka 23 Mei 1920 lahirlah Partai Komunis Hindia yang berubah menjadi Partai Komunis Indonesia.
Melalui organisasi-organisasi politik tersebut Semaun menyerukan dengan berbagai tulisan-tulisan di surat kabar serta diplomasi-diplomasi yang dilakukan atas nama Sarekat Islam. Tujuannya adalah agar pemilik modal memperhatikan kehidupan kaum buruh dan mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang tidak memihak rakyat. Di samping itu, Semaun menolak adanya Volksraad dan Indie Weerbaar yang dianggap tameng buatan Belanda. 
Propaganda dan Strategi Politik PKI
Karena ideologi komunis masih sangat baru di Indonesia, maka dibutuhkan kiat-kiat khusus untuk menyebarkan menarik hati rakyat. Maka, dalam menyebarkan pengaruh-pengaruhnya sekaligus berusaha untuk menarik hati rakyat dan menjadikannya anggota, PKI memiliki propaganda yang menunjukkan bahwa organisasi itu benar-benar meng-Indonesia. Berikut adalah propaganda PKI untuk memperoleh simpati masyarakat sekaligus mendapat anggota sebanyak-banyaknya:
·         PKI kurang menekankan doktrin-doktrin teoritis Marx dan Lenin melainkan lebih banyak berbicara dengan bahasa yang menarik bagi rakyat Indonesia, khususnya kaum abangan Jawa.
·         Masyarakat tanpa kelas dikemukakan sebagai penjelmaan kembali dari negara Majapahit yang dipandang sebagai penjelmaan kembali dari negara Majapahit, yang dipandang sebagai zaman persamaan derajat yang mulia sebelum datangnya bangsa Belanda sebelum Islam.
·         Doktrin-doktrin PKI yang menyatakan bahwa pahlawan-pahlawan PKI adalah para pejuang dari Perang Jawa; Dipanegara, Kyai Maja, dan Sentot.
·         Memanfaatkan ramalan-ramalan yang bersifat mesianistis mengenai ratu adil.[6]
·         PKI merupakan sebuah partai yang mampu mempersatukan rakyat, baik muslim maupun bukan muslim.
                       
Pergerakan-Pergerakan PKI
Semaun mula berkonsentrasi pada PKI, Semaun juga membawa PKI bergabung dengan Comintern yang bekerjasama dengan negara-negara yang berfaham komunis untuk mempererat hubungan diplomasi. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda dengan sikap dan prinsip komunisme yang dianutnya.
PKI secara terang-terangan menentang kebijakan pemerintah Belanda. Partai ini didukung oleh kalangan buruh yang bersifat sosialis karena prihatin setelah melihat keadaan sosial-ekonomi yang hancur akibat Perang Dunia I. Pada masa itu pemerintah kolonial Belanda menaikkan pajak yang memberatkan rakyat dan anggaran belanja kesejahteraan rakyat pun dikurangi. Sementara itu, PKI semakin mengambil garis radikal dalam perjuangannya. Hal ini tampak dalam berbagi tindakan pemogokan dan pemberontakan yang merusak aset negara dan mengakibatkan pertumpahan darah.
Dalam kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang tidak menentu, pada bulan Mei 1923 PKI mendukung demonstrasi dan pemogokan pegawai kereta api yang mengakibatkan Semaun dibuang ke luar negeri. Kemudian aksi radikal PKI dilanjutkan dengan aksi-aksi pemogokan yang lebih luas di berbagai wilayah Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, PKI diperkuat oleh tokoh-tokoh komunis seperti Tan Malaka, Alimin, dan Muso. Sepeninggal Semaun dan Darsono, pemimpin-pemimpin PKI yang masih ada mengadakan pemberontakan yang menyimpang dari pola umum kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda.
Pada 13 November 1926 PKI dibawah Darsono memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Batavia, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven Digul, sebuah camp tahanan di Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. PKI kemudian bergerak di bawah tanah karena dilarang keras oleh pemerintah Belanda.
Semaun setelah Gagalnya Pemberontakan PKI
Semaun setelah gagalnya pemberontakan PKI membentuk kerjasama dengan PI dan melanjutkan dan mendukung perjuangan anti-kolonialismenya dan mencapai kemerdekaan. Semaun pun mulai menjalin hubungan kerja sama dengan Hatta. Meskipun PI sebenarnya menolak bekerjasama dan cenderung menghindari PKI dan ideologi komunisnya. Tetapi, Hatta meninginkan agar dalam perjuangan menuju kemerdekaan, kaum nasionalis radikal mau bekerjasama dengan semua organisasi kebangsaan termasuk kaum komunis. Hatta berpendapat bahwa kaum komunis sebenarnya adalah orang nasionalis juga tetapi tersembunyi.
Rencana Semaun setelah gagalnya pemberontakan PKI yang sangat merugikan PKI sendiri adalah mendesak pembentukan suatu partai nasionalis baru yang didasarkan pada non-kooperasi dan swadaya, dengan tugas khusus membentuk suatu “negara dalam negara” dan akhirnya mengorganisir suatu revolusi untuk menggulingkan Belanda. [7]
Organisasinya harus berjalan secara serentak dalam dua arah; pertama, aksi terang-terangan seperti pendidikan dan kegiatan sosial dan kedua, merongrong kekuatan dengan membentuk suatu kekuatan tempur nasional melalui aksi-aksi bawah tanah. Revolusi harus dilancarkan serentak di setiap karesidenan dan menyebar ke wilayah-wilayah sekelilingnya. Akhirnya, harus dibentuk suatu organisasi perintis nasional sebagai suatu bagian penting dari aktivitas partai yang baru tersebut, karena dari mereka ini akan diperoleh tenaga-tenaga inti bagi tentara nasional.[8]
Hatta, tidak menyetujui rencana Semaun tersebut karena terlalu dipengaruhi ideologi komunis. Tetapi, Hatta tetap berkeinginan untuk bekerjasama dengan Semaun. Maka, Hatta dan Semaun pun menandatangani suatu konvensi pada tanggal 5 Desember, yang masing-msaing atas nama PI dan PKI. Semaun atas PKI menerima kepemimpinan PI dalam gerakan nasionalis, berjanji untuk bekerjasama dan menawarkan alat-alat percetakan PKI di Indonesia agar dipakai oleh PI. Namun, konvensi ini adalah hanya merupakan kesepakan pribadi di antara keduanya. baik pihak PI maupun PKI tidak mengetahui adanya kesepakatan tersebut. Konvensi ini pun berakhir pada tanggal 19 Desember setelah dibatalkan Komintern dan akhirnya diketahui oleh polisi pemerintah Hidia Belanda. [9] Meski demikian, semangat PKI tentang kemerdekaan telah mengilhami tokoh-tokoh pergerakan nasional dalam perjuangan pergerakan kebangsaan untuk mencapai Indonesia merdeka. Gagalnya pemberontakan PKI juga telah mengilhami bagaimana pergerakan itu seharusnya dilakukan demi mencapai kemerdekaan dan memicu munculnya konsep nasionalisme sesungguhnya.
Kesimpulan
Semaun  adalah Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Pada 23 Mei 1920 Semaun mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaun sebagai ketuanya. PKI pada awalnya adalah bagian dari SI, tapi akibat dari perbedaan paham akhirnya membuat kedua kekuatan besar di SI ini berpisah pada bulan Oktober 1921. Pada akhir tahun itu juga Semaoen meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Moskow. Semaun juga membawa PKI bergabung dengan Comintern yang bekerjasama dengan negara-negara yang berfaham komunis untuk mempererat hubungan diplomasi. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda dengan sikap dan prinsip komunisme yang dianutnya.
Sementara itu, PKI semakin mengambil garis radikal dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal ini tampak dalam berbagi tindakan pemogokan dan pemberontakan yang merusak aset negara dan mengakibatkan pertumpahan darah. Kemudian aksi radikal PKI dilanjutkan dengan aksi-aksi pemogokan yang lebih luas di berbagai wilayah Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, PKI diperkuat oleh tokoh-tokoh komunis seperti Tan Malaka, Alimin, dan Muso. Sepeninggal Semaun dan Darsono, pemimpin-pemimpin PKI yang masih ada mengadakan pemberontakan yang menyimpang dari pola umum kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda.
Daftar Pustaka
Ingleson, John. 1983. Jalan ke Pengasingan Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934. Jakarta: LP3ES.
Kartodirjo, Sartono. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta: Gramedia.
Nugraha, Iskandar P. 2011. Teosofi, Nasionalisme, dan Elite Modern Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu.
Pringgodigdo. 1994. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.       
Budi, Cahyo, U. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Semaun


[1]     Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 144
[2]     Iskandar P. Nugraha, Teosofi, Nasionalisme, dan Elite Modern Indonesia (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 87.
[3]     Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta: Serambi, 2010), hlm. 370.
[4]     Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Dian Rakyat,1994) hlm 28
[5]     Wikipedia, “Semaun”, diakses dari id.wikipedia.org/wiki/Semaun pada 7 April 2012
[6]     Ricklefs, op. cit., hlm. 375-376.
[7]     John Ingleson, op. cit., hlm 29.
[8]     Ibid., hlm. 29-30.
[9]     Ibid.,  hlm 30-31.

0 komentar

Posting Komentar