Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf
Jerman dan merupakan seorang filosof idealis, ia yakin bahwa atau
jiwa adalah realitas terakhir. Hegel dalam bukunya “Philosophy of History”
mengembangkan sebuah teori yang didasarkan pada pandangan bahwa Negara
merupakan realitas kemajuan pikiran ke arah kesatuan dengan nalar. Ia melihat
Negara sebagai kesatuan wujud dari kebebasan objektif dan nafsu subjektif
adalah organisasi rasional dari sebuah kebebasan yang sebenarnya berubah-ubah
dan sewenang-wenang jika di biarkan pada tingkah laku individu.
Ia
menggunakan dialektika untuk menjelaskan pandangannya. Sementara dialektika adalah konsep pertentangan
menuju kesatuan di mana seluruh proses yang terjadi selalu mengalami
pertentangan sebelum akhirnya menuju ke sebuah kesatuan. Dialektika sebagai
proses terdiri dari tiga tahapan, tahapan pertama adalah tesis, kemudian
tahapan kedua sebagai negasi disebut antitesis dan akhirnya tahapan ketiga
disebut sintesis sebagai kesatuan atau yang mendamaikan kedua tahapan
sebelumnya.
Hegel berpendapat bahwa tugas seorang filsuf sejarah
adalah menemukan rasionalitas sejarah, yakni arti dari tujuan dalam proses
sejarah secara keseluruhan serta mencoba untuk menjawab apakah sejarah lebih
dari hanya sekedar rangkaian peristiwa yang berkaitan satu sama lain? Menurut
Hegel, hanya ada satu asumsi pokok dalam pendekatan sejarah, yakni alasan/tujuannya, sehingga oleh karena itu
sejarah hadir (terjadi) dengan suatu proses rasional. Menurutnya,
dalam filsafat sejarah pengertian pokok adalah budi. Budi tersebut aktif dalam
dua bidang. Bidang pertama, sebagai roh objektif, budi menguasai hal-hal dalam
kenyataan objektif, kenyataan tersebut memperlihatkan tata tertib dan
keteraturan sesuai dengan kaidah atau prinsip nasional. Bidang kedua, oleh
Hegel disebut dengan roh subjektif. Identifikasi antara roh objektif dan roh
subjektif berlangsung terus menerus, yang pada hakekatnya merupakan suatu
proses sejarah yang saling berjumpa dalam sintesa tertinggi, yakni roh mutlak.
Disebut roh mutlak karena roh objektif telah melepaskan diri dari dikotomi
antara subjek dan objek. Bila tahap roh mutlak sudah tercapai, maka sejarah pun
selesai. Sejarah merupakan suatu gerak menuju sebuah tujuan.
Dia meyakini adanya esensi Roh Mutlak adalah
ketidakterikatan atau kebebasan. Komponen yang kemudian melahirkan konsepsi
sosial-politik dalam negara. Kebebasan yang sesungguhnya terjadi dalam suatu
negara yang rasional, dimana kesadaran diri secara sukarela patuh terhadap
hukum dilakukan oleh orang-orang yang sadar (menyadari) sebagai bagian dari
budaya mereka. Orang-orang tidak dipaksa untuk patuh. Kesadaran merupakan
pertumbuhan alami dari para warga negara. Kebebasan yang dimaksudkan adalah
kebebasan yang tidak bersifat individualistik, sebab kebebasan yang
individualistik akan selalu melahirkan anarkhi. Perkembanagn kebebasan dalam
sejarah manusia dapat terlihat dalam berbagai phase perkembangan.
Berdasarkan pembedaan antara roh obyektif, roh subjektif,
dan roh mutlak, Hegel membedakan tiga macam penulisan sejarah. Pertama,
penulisan sejarah orisinil, di sini masa silam seolah-olah berbicara sendiri
yaitu laporan seseorang mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zamannya
sendiri. Kedua, penulisan sejarah reflektif, yang mengambil jarak terhadap masa
silam sehingga menciptakan ruang bagi suatu penilaian oleh roh subjektif. Dari
masa silam diambil hikmah atau melalui diskusi-diskusi kritis melacak kebenaran
mengenai masa silam. Ketiga, penulisan sejarah secara filsafati. Selama
penulisan sejarah masih berada pada tahap roh subjektif, maka
pengertian-pengertiannya mengenai masa silam belum lengkap, maka diperlukan
penyempurnaan. Penyempurnaan ini terjadi di dalam penulisan sejarah secara
filsafati, yaitu padanan bagi roh mutlak.
Menurut Hegel, sejarah dapat dikatakan belum berakhir
dalam arti bahwa masih ada hari depan, karena peristiwa-peristiwa masih
berlangsung. Namun sebaliknya, ia juga mengatakan bahwa sejarah sudah mencapai
masa akhir dalam arti tidak akan ada lagi penemuan-penemuan yang benar-benar
baru. Sejarah telah mencapai puncaknya pada abad ke-19. Sejarahnya dapat
mengulangi bentuk-bentuk atau tahap-tahap yang lama.
0 komentar
Posting Komentar