Marx
merupakan tokoh besar dalam sosiologi dimana dia masuk dalam kategoris
aliran klasik, selain Comte, Durkheim, Weber, Simmel, Spencer, dll.[1] Karl Marx dilahirkan di TrierJerman, daerah rhine tahun 1818. Berasal dari keluarga borjuis dan berpendidikan. Pada usia 18 Marx belajar hukum di universitas Bonn, kemudian pnidah ke Universitas Berlin.
[2]
Disana, sewaktu Marx masih muda, begitu terkesima dengan filsafat
Hegel, dimana ketika itu arus besar pengikut Hegel begitu meluas.
Padangan Hegel yang terkenal Idealistik, dimana dia percaya bahwa
kekuatan yang mendorong perubahan sejarah adalah munculnya ide-ide
dengan mana roh akal budi menjadi lebih lengkap manifestasinya.
Tetapi sebagai penganut Hegel, Marx adalah penganut yang kritis yang mengembangkan posisi teoritis dan filosofisnya. Tetapi
Marx tetap sepakat dengan bentuk analisa dialektik-nya hegel. Marx
sebenarnya ingin berkarir di dunia akademis, tetapi karena sponsornya
dipecat karena pandangan-pandangan kiri dan anti agama, maka tertutuplah
pintu masuk Marx untuk ke dunia akademis. Akhirnya marx berkarir di
media (surat kabar) sebagai pemimpin redaksi pada koran yang
radikal-liberal.
Setelah
Marx menikah lalu Marx pindah ke paris, dan terlibat dalam kegiatan
radikal. Paris pada masa itu merupakan suatu pusat liberalisme dan
radikalisme sosial serta intelektual penting di Eropa. Marx berkenalan
dengan pemikir-pemikir penting dalam pemikiran sosialis dan tokoh-tokoh
revolusioner seperti St. Simon. Blanqui, dll. Hal tersebut akhirnya
mengubah keyakinan marx akan Penyalahgunaan sistem kapitalis yang meluas
dapat dihilangkan oleh perubahn sosial yang hanya didukung oleh elit
intelektual saja. Pendekatan itu bagi Marx mengabaikan kondisi materil
dan sosial yang sebenarnya dan taraf kesadaran kelas-kelas buruh. Di
Paris Marx bersahabat dengan Friedrich Engels yang berkarya mengenai
interpretasi komprehensif tentang perubahan dan perkembangan sejarah
sebagai alternatif terhadap interpretasi Hegel mengenai sejarah, yang terkenal dengan The German Ideology.
Pada
tahun 1845 Marx diusir dari Paris, atas karya-karyanya yang berbau
sosialis. Lalu akhirnya setelah itu Marx semakin tertarik dan terlibat
dalam kegiatan-kegiatan sosialis. Semasa hidupnya Das kapital
merupakan karya terbesar. Selain karya-karya Marx yang lain yang akan
dijelaskan dalam tulisan ini mengenai pemikiran-pemikiran Karl Marx,
yang tidak hanya dalam Das Kapital.
Pemikiran-Pemikiran Marx
I. Materialisme Historis
Materialisme Historis merupakan istilah yang sangat berguna untuk memberi nama pada asumsi-asumsi dasar menganai teorinya. Dari The Communist Manifesto dan Das Kapital,
dimana penekanan Marx adalah pada kebutuhan materil dan perjuangan
kelas sebagai akibat dari usaha-usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan.
Menurut pandangan ini, ide-ide dan kesadaran manusia tidak
lain daripada refleksi yang salah tentang kondisi-kondisi materil.
Perhatian ini dipusatkan Marx sebagai uasaha Marx untuk meningkatkan
rvolusi sosialis sehingga kaum proletariat dapat menikmati sebagian
besar kelimpahan materil yang dihasilkan oleh industrialisme.
Menurut Marx, suatu pemahaman ilmiah yang dapat diterima tentang gejala sosial menuntut si ilmuwan untuk mengambil sikap yang
benar terhadap hakikat permasalahan itu. hal ini mencakupi pengakuan
bahwa manusia tidak hanya sekedar organisme materil, sebaliknya manusia
memiliki kesadaran diri. Dimana, mereka memiliki suatu kesadaran
subyektif tentang dirinya sendiri dan situasi-situasi materialnya.
Penjelasan
Marx pada Materialistis tentang perubahan sejarah, diterapkan pada
pola-pola perubahan sejarah yang luas, penekanan materialistis ini
berpusat pada perubahan-perubahan cara atau teknik-teknik produksi
materil sebagai sumber utama perubahan sosial budaya. Dalam The German Ideology Marx menunjukkan bahwa manusia menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang menghadapi lingkungan materilnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses-proses ini. Tetapi kemampuan manusia untuk membuat sejarahnya sendiri, dibatasi oleh
keadaan lingkungan materil dan sosial yang sudah ada.
Ketegangan-ketegangan yang khas dan kontradiksi-kontradiksi yang
menonjol akan berbeda-beda menurut tahap sejarahnya serta
perkembangan materil sosialnya. Tetapi dalam semua tahap, perjuangan
individu dalam kelas-kelas yang berbeda untuk menghadapi lingkungan
materil dan sosialnya yang khusus agar bisa tetap hidup dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, merupakan sumber utama perubahan untuk tahap
berikutnya
Marx
mengandaikan bahwa pemilikan daya-daya produksi masyarakat secara
komunal dan suatu distribusi yang lebih merata yang didasarkan pada
kebutuhan manusia, bukan kerakusan borjuis.
II. Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosiobudaya
Marx
berulang-ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi,
tipe analisa yang sama berlaku untuk pendidikan , agama, keluarga, dan
semua institusi sosial lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan suatu
masyarakat, termasuk standar-standar moralitasnya,
kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik,
dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman
hidup yang riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi
mereka. hubungan antara infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya
dan struktur sosial yang dibangun atas dasar itu merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis. Adaptasi
manusia terhadap lingkungan materilnya selalu melalui hubungan-hubungan
ekonomi tertentu, dan hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya
hingga semua hubungan-hubungan sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk
kesadaran, dibentuk oleh hubungan ekonomi itu.
Mengenai
determinisme ekonomi Marx tidak menjelaskan secara konsisten, sekalipun
ekonomi merupakan dasar seluruh sistem sosio budaya, institusi-institusi
lain dapat memperoleh otonomi dalam batas tertentu, dan malah
memperlihatkan pengaruh tertentu pada struktur ekonomi. Pada akhirnya
struktur ekonomi itu tergantung terhadapnya.
III. Kegiatan dan Alienasi
Inti seluruh teori
Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan
kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif di mana secara aktif
orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun, kegiatan
produktif itu mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu
individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif ,
maka produk-produk kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif
yang terlepas dari manusia yang membuatnya.
Tentang
alienasi menurut Marx merupakan akibat dari hilangnya kontrol individu
atas kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang dihasilkannya.
Pekerjaan dialami sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan hidup
dan tidak sebagai alat bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan
kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem pembagian kerja dan
pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada di dalam
kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal itu, menurunkan
kodrat manusia menjadi komoditi, dilihat sebagai satu pernyataan hukum
alam dan kebebasan manusia. bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya.
Marx
menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat
dielakkan dalam pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu
pihak manusia menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam
kegiatannya, dilain pihak, produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi
benda yang berada di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang
menghambat kreativitas mereka selanjutnya.
Bagi
Marx alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan
secara utuh dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi
dan penindasan tidak menjangkiti manusia lagi.
IV Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan sosial
Salah
satu kontradiksi yang paling mendalam dan luas yang melekat dalam
setiap masyarakt di mana ada pembagian kerja dan pemilikan pribadi
adalah pertentangan antara kepentingan-kepentingan materil dalam
kelas-kelas sosial yang berbeda. Marx memang bukan orang
pertama yang menmukan konsep kelas, tapi menurut Marx pembagian kelas
dalam masyarakat adalah pembagian antara kelas-kelas yang berbeda,
faktor yang paling penting mempengaruhi gaya hidup dan kesadaran
individu adalah posisi kelas. Ketegangan konflik yang paling besar dalam
masyarakat, tersembunyi atau terbuka adalah yang terjadi antar kelas
yang berbeda, dan salah satu sumber perubahan sosial yang paling ampuh
adalah muncul dari kemenangan satu kelas lawan kelas lainnya.
Marx
beranggapan bahwa pemilikan atau kontrol atas alat produksi merupakan
dasar utama bagi kelas-kelas sosial dalam semua tipe masyarakat, dari
masyarakat yang primitif sampai pada kapitalisme modern.
Mengenai
konsep kelas Marx, mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam
masyarakat kapitalis, yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah.
Kelas tersebut dibedakan berdasarkan pendapatan pokok yakni upah,
keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya. Selanjutnya Marx juga
melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang
mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam
sistem produksi. Konsep “kepentingan” mengacu pada sumber-sumber materil
yang aktual yang diperlukan kelas untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginan individu. Kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan kelas
sangat berhubungan dengan penerimaan yang berkembang untuk mendukung
kelas dominan dan struktur sosial yang ada. Pengaruh ideologi inilah
yang memunculkan “kesadaran palsu”.
Bila
nanti terjadi krisis ekonomi dalam sistem kapitalis, menurut Marx akan
menjelaskan bahwa kontradiksi-kontradiksi internal dalam kapitalisme
akan mencapai puncak gawatnya dan sudah tiba waktunya bagi kaum proletar
untuk melancarkan suatu revolusi yang berhasil
VI Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis
Menurut Marx dalam Das kapital,
ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan dinamika-dinamika yang mendasar
dalam sistem kapitalis sebagai sistem yang bekerja secara aktual, yang
berlawanan dengan versi yang diberikan oleh para ahli ekonomi politik sangat bersifat naif.
Marx
menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu komoditi
ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu.
nilai merupakan faktor utama menetukan harga komoditi.
Gagasan
Marx dalam hal ini selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value”
atau teori nilai lebih yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara
nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng
lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas
nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.
Ketika
Marx hidup waktu Di Eropa sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam
hal ini Marx melakukan kritik atas ekspansi kapitaslis dan korelasinya
dengan krisis ekonomi. Menurut marx penggunaan mesin baru yang hemat
buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan produktif dan permintaan,
dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu juga menurut marx
eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin teralienasi.
Dan paradoks atas kapitalisme akan muncul.
Cheers!
sari oktafiana
Referensi:
Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Singapore: The McGraw-Hill Book, 1996.
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
Johnson, Doyle, Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern jilid 1, edisi terjemahan, Jakarta: Gramedia, 1994
0 komentar
Posting Komentar