PENDAHULUAN
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi,
dengan maksud agar
produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga
perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata
untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam
aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2)
komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988).
Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini
belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19
yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu
(seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah
umat manusia.Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi,
Bentuk lain adalah sosialisme Fabian
yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu transisi
konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi
kepada Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih
ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis
untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja,
kesehatan, upah dan kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini
didukung oleh Fabian society yang didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial
di Inggris berasal dari kelompok intelektual di antaranya George Bernard
Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali
Mudhofir, 1988:90).
Istilah “ sosialis” atau negara sosial
demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang menganut paham sosialisme “
moderat” yang dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan lain
bagi “komunisme”. Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses
perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya menganut paham
liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat)
( Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling menonjol
antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah
sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi,
persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya
Marxisme-Leninisme melalui revolusi.
Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan
(pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana
produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra,
1979: 309). Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan
istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti
politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto
Politik Komunis (1848). Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai
istilah “sosialisme” dan ”komunisme” secara bergantian dalam pengertian
yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin membedakan teorinya yang
disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme utopia” untuk menghindari
kekaburan istilah dua sosialisme dan juga karena latarbelakang
sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti “sosialisme”
agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991: 127).
Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin
berhasil mendirikan negara “komunis”. Istilah “sosialis” lebih disukai
daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan
kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah
Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat
sosialis dan masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara
sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah “negara
demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu
Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan
komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai sosialis di Negara Barat
memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).
Dengan demikian dapat dikemukakan,
sosialisme sebagai idiologi politik adalah suatu keyakinan dan
kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang
mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata
melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa
kekerasan.
SOSIALISME DAN DEMOKRASI
Pertalian antara demokrasi dan sosialisme
merupakan satu-satunya unsur yang paling penting dalam pemikiran dan
politik sosialis. Ditinjau dari segi sejarah sosialisme, segera dapat
diketahui gerakan sosialis yang berhasil telah tumbuh hanya di
negara-negara yang mempunyai tradisi-tradisi demokrasi yang kuat,
seperti Inggris, Selandia Baru, Skandinavia, Belanda, Swiss, Australia,
Belgia (William Ebenstein, 1994: 213). Mengapa demikian sebab
pemerintahan yang demokratis dan konstitusional pada umumnya diterima,
kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada programnya yang khusus,
meskipun program itu tampak terlalu luas yakni: menciptakan kesempatan
yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah mengakhiri
ketidaksamaan yang didasarkan atas kelahiran dan tidak atas jasa,
membuka lapangan pendidikan bagi semua rakyat, memberikan jaminan sosial
yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua dan
sebagainya.
Semua tujuan sosialisme demokratis ini
mempunyai persamaan dalam satu hal yaitu membuat demokrasi lebih nyata
dengan jalan memperluas pemakaian prinsip-prinsip demokrasi dari
lapangan politik ke lapangan bukan politik dari masyarakat. Sejarah
menunjukkan, masalah kemerdekaan merupakan dasar bagi kehidupan manusia.
Kemerdekaan memeluk agama-kepercayaan, mendirikan organisasi politik
dan sebagainya merupakan sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip demokrasi
telah tertanam kuat dalam hati dan pikiran rakyat, maka kaum sosialis
dapat memusatkan perhatian pada aspek lain. Sebaliknya, di Negara yang
masih harus menegakkan demokrasi, partai sosialis harus berjuang untuk
dapat merealisasikan ide tersebut. Misalnya di Jerman masa kerajaan
kedua (1870-1918) yang bersifat otokratis, partai sosialis demokratis
senantiasa bekerja dengan rintangan yang berat. Lembaga parlementer
hanya sebagai selubung untuk menutupi pemerintahan yang sebenarnya
bersifat diktaktor. Pada masa Bismarck berkuasa, kaum sosialis demokrasi
dianggap sebagai” musuh-musuh Negara”, dan pemimpin partai yang lolos
dari penangkapan melarikan diri ke Inggris dan Negara Eropa lainnya.
Demikian pula pada masa republik Weiner (1919-1933), partai sosial
demokratis Jerman juga tidak berdaya karena tidak ada pemerintahan yang
demokratis.
Di Rusia sebelum 1917, keadaan lebih
parah lagi, Rezim Tsar yang despotis malahan sama sekali tidak
berpura-pura dengan masalah pemerintahan demokratis. Jadi tidak mungkin
ada perubahan sosial dan ekonomi dengan jalan damai, sehingga apa yang
terjadi ialah revolusi oleh kaum komunis.
Perang Dunia (PD) II memberikan gambaran
lebih jelas tentang masalah di atas. Menjelang tahun 1936 partai
sosialis di Perancis merupaksn partai yang terkuat. Selama PD II di
bawah kedudukan Jerman, kaum komunis lebih banyak bergerak di bawah
tanah, mengadakan teror dan bertindak di luar hukum sebagaimana sifatnya
dalam keadaan normal pun juga demikian, memperoleh pengikut yang lebih
banyak, sehingga menjadi partai yang terkuat di Perancis.
Berbeda dengan yang berada di Inggris,
kaum sosialis dalam pemilihan umum tahun 1951, memperoleh suara 6 kali
pengikut yang lebih banyak jumlahnya apabila dibandingkan dengan suara
yang didapat kaum komunis. Bukti tersebut tidak hanya diberikan oleh
Inggris Raya, tetapi juga oleh Negara-negara demokratis lainnya yang
mempunyai gerakan–gerakan sosialis yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
kemerdekaan sipil yang penuh dapat menangkal fasisme dan komunisme .
Apabila orang ingin memberikan tingkat
kepada Negara-negara demokratis dewasa ini, terutama dalam masalah
kemerdekaan sipil, maka Inggris, Norwegia, Denmark, Swedia, Belanda,
Belgia, Australia, Selandia Baru dan Israel akan berada di Puncak
daftar. Di Negara itu dalam masa terakhir berada di bawah pemerintahan
sosialis atau kabinet-kabinet koalisi yang di dalamnya kaum sosialis
memperoleh perwakilan yang kuat (William Ebenstein,1994: 215).
Kesejajaran di atas tidaklah rumit untuk
ditelusuri, kaum sosialis demokratis menyadari akan kenyataan bahwa,
tanpa kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh pemerintahan
konstitusional yang liberal mereka tidak akan sampai pada tangga
pertama. Sekali mereka berkuasa dalam pemerintahan, kaum sosialis masih
tetap mempertahankan psikologi oposisi. Sebab mereka tahu bahwa dengan
memegang kekuasaan politik belum berarti soal-soal organisasi sosial dan
ekonomi dengan sendirinya akan terpecahkan . Dengan kata lain, sebelum
kaum sosialis mengambil alih pemerintahan, mereka beroposisi terhadap
pemerintah dan kelas-kelas yang berpunya; setelah mereka mendapat
kekuasaan dalam pemerintahan, psikologi oposisi yang ditunjukkan
terhadap status quo ekonomi perlu tetap ada.
Demokrasi dan sosialilsme merupakan dua
ideologi yang sekarang nampak diannut di berbagai Negara yang bukan
Fasis dan bukan Komunis. Dalam keadaan sekarang tidak mudah merumuskan
pengertian demokrasi . Berbagai macam demokrasi telah berkembang menjadi
berbagaai bentuk masyarakat. Demokrasi Inggris modern atau demokrasi
Swedia lebih dekat dalam beberapa hal pada sosialisme Negara di Soviet
Rusia dibandingkan dengan sistim ekonomi Amerika Serikat . Akan tetapi
dalam soal-soal perorangan dan kemerdekaan politik hal sebaliknya yang
berlaku . Berbeda lagi yang ada di Amerika Serikat mungkin dapat disebut
“demokrasi kapitalis”. Disebut demikian karena yang tampak hanya
demokrasi politik, tetapi tidak cukup ada apa yang dinamakan demokrasi
ekonomi dengan tetap adanya freefight ekonomi yang memungkinkan beberapa
gelintir orang menjadi kapitalis yang amat kaya .
Demokrasi ekonomi dan disamping itu
demokrasi sosial dapat diketemukan dalam idiologi sosialisme, yang pada
prinsipnya menjurus kepada suatu keadilan sosial dengan semboyan :
kepada seorang harus diberikan sejumlah yang sesuai dengan nilai
pekerjaanya. Akan tetapi untuk mencapai itu, pemerintah sering harus
campur tangan dengan membatasi keluasaan gerak-gerik para warganegara.
Sampai di mana ini berlaku, tergantung dari keadaan setempat di
tiap-tiap Negara ( Wiryono P., 1981: 137) .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
sosialisme hanya dapat berkembang dalam lingkungan masyarakat dan
pemerintahan yang memiliki tradisi kuat dalam demokrasi . Pada saat kaum
sosialis berhasil memegang kekuasaan, pemerintahan masih tetap
diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk ikut ambil bagian (
sebagian oposisi) ) dan mereka juga menyadari bahwa kekuasaan yang
diperoleh tidak bersifat permanen .
UNSUR-UNSUR PEMIKIRAN DAN POLITIK SOSIALISME
Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan
gagasan liberal lainnya, hal ini mungkin karena kaum liberal tidak dapat
menyepakati seperangkat keyakinan dan doktrin tertentu. Apalagi
sosialisme telah berkembang di berbagai Negara dengan tradisi
nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan
garis kebijakan partai sosialis yang bersifat mengikat, namun
garis-garis besar pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak dari
tulisan-tulisan ahli sosialis dan kebijakan partai sosialis. Apa yang
muncul dari pemikiran dan kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu
konsisten. Kekuatan dan kelemahan utama sosialisme terletak dalam
kenyataan bahwa system itu tidak memiliki doktrin yang pasti dan
berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan dalam
masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur pemikiran dan politik
sosialis yang rumit dan saling bertentangan dengan jelas tergambar dalam
gerakan sosialis Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam gerakan sosialis
Inggris adalah: (1). Agama, (2) Idealisme Etis dan Estetis, (3)
Empirisme Fabian, (4) Liberalisme (Willian Ebenstein,1985:188).
1. Agama
Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan bahwa… dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci. Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.
Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan bahwa… dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci. Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.
Gerakan sosialis Kristen yang dipimpin
oleh dua orang biarawan yaitu frederich Maurice dan Charles Kingsley
mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan menjadi sumber
penting untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis kemudian.
Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep
yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikrestenkan dan kristianitas
harus disosialisasikan.
Pada tahun 1942, Uskup Agung Centerbury,
William Temple dalam bukunya Christianity and Sosial Order mengemukakan
pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme. Temple beranggapan bahwa
setiap setiap system ekonomi untuk sementara atau selamanya memerlukan
memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja
ikut mempersoalkannya. Apakah pengaruh itu mengarah pada perkembangan
sifat kekristenan dan jika jawabannya sebagian atau seluruhnya negatif,
gereja harus berusaha sedapat mungkin menjamin perubahan dalam system
ekonomi tersebut sehingga gereja tidak menemukan musuh akan tetapi
sekutu dalam Kristen itu.
Adanya perhatian agama Kristen yang
bersifat praktis ini sangat kuat terasa selama pengaruh terakhir abad
19. Kesungguhan moral dan kejujuran merupakan ciri masa ini. Agama
mengakui kesopanan dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk
memperoleh keselamatan. Akan tetapi tetap menekankan pentingnya
perbuatan dan penyelamatan dengan kerja. Banyak pemimpin sosialis dari
generasi yang lebih tua seperti Attlee dan Sir Staffors Cripps dididik
dalam suasana dimana agama mempunyai pengaruh yang kuat.
2. Idealisme Etis dan Estetis
Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris, meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris, meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Marx melakukan pendekatan terhadap
kapitalisme industri dalam kerangka hukum kosmis seperti perkembangan
sejarah dunia menurut hukum-hukum sosial yang tidak dapat dielakkan,
filsafat materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di
sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang jelek
serta kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan keindahan dalam
kehidupannya. Pusat perhatian Morris adalah manusia bukan system. Ia
merasakan bahwa seni harus dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari dan
dorongan yang kreatif pada setiap orang harus diberi jalan penyalurannya
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Pengaruh Ruskin dan Morris lebih banyak
mengandung segi negatif dibanding positifnya. Mereka menunjukkan apa
yang secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di
atas perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan program
tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun demikian
pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam
mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana nantinya sosialisme
mendapatkan tanggapan yang simpatik.
3. Empirisme Febian.
Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
Para pendiri dan anggota pertama
masyarakat Febian adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice
Webb,H.G.Wells dan Grahan Wallas. Dalam penelitian sejarah tentang
landasan yang dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian
Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar
sosialisme. Webb menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat
dielakkan dari terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia
menandaskan “ kepastian yang datang secara bertahap” sangat berbeda
dengan kepastian revolusi seperti yang dicanangkan oleh Marx.
Webb menekankan bahwa organisasi sosial
hanya dapat terbentuk secara perlahan dan perubahan-perubahan organisasi
. Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya empat kondisi: pertama
perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua perubahan itu harus
secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan moral
masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan
menggunakan cara damai.
Kelompok Fabian memusatkan perhatiannya
untuk meyakinkan sekelompok kecil orang yang memenuhi dua kualifikasi :
pertama orang-orang tersebut secara permanent mempunyai pengaruh dalam
kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan yang dibutuhkan
waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua mereka
harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak
dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan kualifikasi seperti
itu dapat dijumpai dalam semua partai politik. Untuk itu kelompok Fabian
tidak hanya menggarap kaum konservatif saja, tetapi juga kaum liberal.
Fabianisme sering digambarkan sebagai
pembaharuan tanpa kebencian, pembangunan kembali masyarakat perang
kelas, emperialisme politik tanpa dogma atau fanatisme. Meskipun
organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa pengaruh yang
besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama kalinya
pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam parlemen 229
dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh berasal dari kelompok Febian
dan lebih dari separuh pejabat pemerintah, termasuk Attlee (Perdana
Menteri 1945-1951) juga orang-orang Febian.
4. Liberalisme
liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama, lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya ,tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul. Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.
liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama, lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya ,tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul. Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.
Karena masalah-masalah yang khusus sudah
tidak ada lagi, banyak orang liberal yang bergabung dengan Partai Buruh
atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau menganggap dirinya
sebagai orang sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi aliran kiri
kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system dua partai seperti
Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka Partai Buruh
merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.
Liberalisme telah memberikan sumbangan
yang cukup besar hal-hal yang berguna bagi sosialisme Inggris. Karena
pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang
terpaku pada doktrin serta lebih menghargai kebebasan individu.
Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah partai nasional,
bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga telah
mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa pembaharuan
dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan kebencian.
SOSIALISME DI BERBAGAI NEGARA
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Di Inggris dukungan terbesar terhadap
gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan
pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial
yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang
kecil dalam perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang
lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal.
Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari
kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi
keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang
(1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4)
perumahan (Anthony Crosland, 1976: 265-268).
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti
Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru
partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui
pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara
sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe
reformasi liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter
atau komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum
sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan
kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi,
pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi
slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi
Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis
yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk
memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut merupakan era
menggejolaknya aktivitas sosialis.
Setelah PD II terjadi perubahan besar
dalam pemikiran kaum sosialis. Pada permulaan tahun 1960 banyak diantara
partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan
ikatan-ikatan idiology Marx. Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik
privat dan tujuan mereka yang semula tentang hak milik kolektif secara
total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “ menyempurnakan
ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya
disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern
welfare state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat
gradual.
Menurut Milton H Spencer sosialisme
demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan adanya hak
milik privat atas alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh
Negara (public ounership) hanya apabila hal tersebut diperlukan demi
kepentingan masyarakat (3) mengandalkan diri secara maksimal atas
perekonomian pasar dan membantunya dengan perencanaan guna mencapai
sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan ( Winardi, 1986: 204).
Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara
berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri pertumbuhan
ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai
srtandart hidup, kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara
untuk mencapai pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah
digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode ini Negara memiliki alat-alat produksi dan menetapkan tujuan yang menyeluruh.
Dalam menghadapi masalah modernisasi
ekonomi Negara-negara berkembang pada umumnya tidak mau meniru proses
pembangunan kapitalis Barat atau jalur pembangunan komunisme. Mereka
menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing
Negara. Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam konteks negara
terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti pertama di
dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan
sosial . Kedua istilah sosialisme di Negara-negara berkembang sering
berarti persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan
hukum. Arti Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada
perancangan ( Willan Ebenstein,1994: 248-249).
Melihat tersebut di atas arti sosialisme
pada negara berkembang dengan Negara yang lebih makmur karena perbedaan
situasi histories. Di dunia Barat sosialisme tidak diartikan sebagai
cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju, tetapi cara
mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata. Sebaliknya,
sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu
perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan
pendidikan masa rakyat , maka sosialisme di negara Barat pada umumnya
berkembang dengan sangat baik dalam kerangka pemerintahan yang mantap
(seperti di Inggris dan Skandinavia) , sedangkan di Negara berkembang
sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang
otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh penguasa
setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang
menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter
dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat.
Kalau Negara-negara berkembang gagal dalam usahanya mensintesakan
pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka mereka
menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi
memperjuangkan pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan
pemilikan industri oleh Negara.
Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa
Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pernah pula
diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat
pengaruh PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai dengan
kondisi di negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde BAru “sosialisme”
itu tidak terdengar lagi .
Adanya perbedaan pengertian mengenai
konsep sosialisme , memberikan wawasan kepada kita bahwa suatu ideology
politik yang dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk negar lain
. Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan
pembangunan nasional demi tercapainya tujuan nasional seperti yang
terumuskan dalam UUD 1945.
KESIMPULAN
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik
timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik
akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan
kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan
secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri
dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia , sosialisme ilmiah
yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama
pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti
Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang
kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana
tergambar di Inggris mencakup : (a) agama ; (b) idealisme e tis dan
estetis ; (c) empiris Fabian ; dan (d) liberalisme .
Sosialisme yang ada disetiap negara
memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya . Dalam sosialisme
tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional
Sosialisme di negara-negara berkembang
mengandung banyak arti . Sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial ;
persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum ;
dan komitmen pada perencanaan.
Di negara-negara Barat ( lebih makmur)
sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan masyarakat
secara lebih merata sedangkan di Negara berkembang sosialisme diartikan
sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju atau
membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan tingkat
ekonomi dan pendidikan masyarakat .
Sosialisme sebagai idiologi politik yang
merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan
politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat
secara merata melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai
ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial,
ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan ,
kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk
mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri
dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah
yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama
pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti
Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki
tradisi demokrasi yang kuat .
DAFTAR PUSTAKA- Alfian . (1976) Ideologi , Idealisme dan Integrasi Nasional , dalam Yahya Muhaimin , Masalah- masalah Pembangunan Politik . Yogyakarta : Gajah Mada University Press .
- Anthony Crosland . ( 1978) . “ Sosialisme Sekarang “ , dalam Andrew Blowers dan Grahane Thomson , Ketidakmerataan , Konflik dan Perubahan .Jakarta , Universitas Indonesia Press.
- Fans Magnis . (1975) . Etika Sosial . Jakarta :
- Lyman Tower Sargent . ( 1984) . Ideologi –Ideologi Politik Kontemporer . Alih Bahasa AR Henry Sitanggang. Jakarta : Erlangga.
- Miriam Budiardjo . ( 1981) . Dasar-Dasar Ilmu Politik . Bandung Alumni .
- Soemardjo . ( t.t) Sejarah Sosialisme di Eropa Dari Abad ke-19 Sampai 1914 . Jakarta :Harapan Masa .
- Sutarjo Adisusilo . (1991) . Kapita Selekta Sejarah Eropa Abad XVIII-XIX . Yogyakarta : IKIP Sanata Dharma .
- Walter Ode J . ( 1990) . “ Sosialism” dalam The Encyclopedia Americana . Volume 25 . Connecticut : Glolier Incorporated .
- William Ebenstein . (1994) . Isme-Isme Dewasa Ini . Jakarta : Erlangga .
- Winardi . (1986) . Kapitalisme Versus Sosialisme . Bandung : Remaja Karya .
- Wiryono Prodjodikoro . ( 1981) . Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik . Bandung : Eresco .
0 komentar
Posting Komentar